Sudah Zamannya Buku dan Pena Menjadi Gadget

Pengirim : Danial Fahrullah*


Tak dipungkiri lagi buku dan pena menjadi sebuah harapan dan pelita bagi manusia. Manusia belajar banyak hal dari buku, manusia mulai menggerakkan tangannya dengan pena. Manusia yang buta akan aksara, manusia yang gelap akan pengetahuan.

Kini semuanya berubah, dengan lembaran-lembaran yang berisi sebuah coretan pena,coretan yang dihadiahkan untuk manusia tentang cahaya pengetahuan. Ketika manusia mengenal aksara, semua terang seperti lilin yang menerangi kegelapan akan pengetahuan.

Lambat laun, manusia berkembang dengan pengetahuan yang membentuk pola fikir mereka. Manusia akan mengikat ilmu dengan pena, menggoreskan tinta dalam setiap lembar kertas kosong yang membuat kita menerka lebih banyak ilmu pengetahuan. Kita tahu akan luasnya dunia, akan pentingnya menimba ilmu, agar terentaskan dari buramnya ketidaktahuan dan kebodohan.

Buku dan pena yang menjadi sarana pembelajaran tentang ilmu pengetahuan, telah tergantikan oleh gadget. Buku yang dulu kita jaga, pena yang kita rawat, kini sirna seiring berjalannya waktu. Gadget yang kini menjadi pelengkap untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sudah banyak digemari.

Gadget merupakan alat praktis yang berbau teknologi. Simple, mudah, ringan, berukuran mini yang menghipnotis semua orang untuk memilikinya. Gadget yang disambungkan dengan internet mempermudah setiap pengguna untuk menjelajahi dunia maya, kapanpun dan dimanapun.

Online sudah menjadi kebiasaan bagi setiap orang, bahkan menjadi kebutuhan setiap hari. Untuk mencari referensi dan informasi dengan gadget lebih memudahkan dan mengefisienkan waktu.

Majunya teknologi digital perlahan membuat manusia sibuk terjun ke duia maya untuk mencari informasi. Adanya internet membuat kita semakin mudah dalam menggali suatu informasi tertentu. Banyak dari kalangan anak muda lebih memilih gadget untuk mencari referensi.

Karena dengan menggunakan gadget semua menjadi praktis dan muda, dan bisa dibawa kemanapun kita pergi.

Baca Juga  Anak Pemulung di Paiton Didera Busung Lapar

Perkembangan teknologi informasi kini semakin canggih. Akan tetapi harus diimbangi dengan pengawasan dan penggunaan yang baik. Gadget yang tak lepas dari tangan selain membawa efek positif, juga membawa efek negatif bagi penggunanya. Memang mudah dalam mengakses informasi sebagai upaya memantau berita.

Kalangan pelajar dan mahasiswa, dengan mudahnya akses internet dan dengan cepat mencari referensi yang sudah tersedia dari sumber-sumber yang disediakan oleh google.com/co.id yang diartikan sebagaian orang sebagai mesin pencari otomatis.

Hasil yang banyak dan sumber yang ditemukan cukup mudah. Kita hanya mengklik dari satu link ke link yang lain membutuhkan durasi waktu yang tidak lama dalam mencari sebuah referensi. Banyak web/blog yang tersedia bagi yang membutuhkan dalam mencari referensi.

Banyak, dan akhirnya membingungkan bagi pengguna untuk memilih mana yang terpenting untuk dijadikan sebuah referensi. Pada akhirnya mereka menyempatkan membaca untuk memilih.

Bagaimana dengan buku?

Apakah masih banyak orang di luar sana gemar membaca buku? Masih adakah orang yang setia memegang tiap buku yang digemarinya? Apakah buku dapat mengalahkan kecangghian gadget, atau gadget yang mengalahkan buku? Mungkin sudah. Mungkin belum.

Dalam kehidupan, bukan masalah cepat atau lambat dalam memahami setiap hal, bukan juga dalam mencari sebuah informasi. Akan tetapi kehidupan yang sebenarnya adalah bagaimana kita menghargai sesuatu yang kita miliki itu sudah using, bahkan tidak digunakan lagi.

Kecanggihan tekonologi membuat orang lupa akan benda yang selalu kita bawa dan kita baca. Benda yang selalu kita gunakan untuk belajar di sekolah maupun di rumah. Bahkan sampai benda itu rela tergores oleh coretan pena yang berisikan tinta di dalamnya. Benda yang kita sebut sebagai “BUKU”. Buku yang kita anggap sebagai pedoman ilmu yang harus kita jaga. Akan tetapi semua sirna bagai debu yang bertabur dimana-mana.

Baca Juga  Jaga Ketahanan Pangan, 15 Ton Benih Jagung Disebar

Zaman modern ini, banyak orang yang masih meninggalkan buku. Mungkin dalam pikiran mereka, untuk membaca dan memahami sebuah buku terkadang sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Belum lagi pembahasan yang banyak, membuat kita pelan-pelan dalam mengulik kata demi kata buku. Kita juga harus membuka lembar demi lembar untuk mencari informasi yang sesuai.

Menggunakan gadget memang mudah untuk mencari informasi. Informasi itu mengandung hal positif juga negatif bagi para penggunanya. Lain halnya dengan kita mencari referensi dan informasi dengan buku, banyak hal positif yang akan kita dapat.

Membaca buku dapat melatih logika pikiran kita, karena sang penulis tidak langsung memberikan opini. Akan tetapi banyak penjabaran yang dikemukakan untuk memahami sebuah masalah. Dari situlah otak kita akan diasah dam menggali informasi.

Dalam benak hati mereka, mereka masih ingin memiliki buku untuk dibaca dalam keseharian mereka. Hanya saja, mereka ingin mengikuti zaman, dimana semua orang harus memiliki gadget untuk berkomunikasi dan lainnya. Secanggih apapun tekonologi di masa kini dan masa yang akan datang kita tetap membutuhkan buku.

Buku yang kita sebut sebagai jendela ilmu harus tetap dipertahankan sampai kapanpun. Karena dengan membaca banyak manfaat yang kita peroleh. Secara tidak sadar, dari hal kecil saja dalam buku banyak tedapat pernyataan dan rangkuman kata-kata yang dapat mengubah pola pikir kita.

Dapat kita artikan buku ibarat siklus kehidupan. Sampul depan adalah awal kita hidup di dunia. Isi buku merupan kehidupan yang kita lakukan dari kita dilahirkan sampai nanti waktunya tiba. Lembar demi lembar dalam buku seperti hari demi hari kita melakukan sesuatu.

Ada karangan pendek ada yang panjang, seperti umur kita. Terdapat lembar yang membuat kita bahagia ada juga yang membuat kita sedih, seperti yang kita alami sekarang. Sampul belakang menjadi waktu dimana kita akan pulang menghadapnya dan meninggalkan dunia ini.

Baca Juga  Talenan Lukis Karya 2 Bersaudara ‘Meroket’ Ditengah Pandemi

Menurut Imam Syafi’i, ilmu itu ibarat hewan buruan dan tulisan ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu, ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat. Kita pasti sudah mendengar kata-kata itu.

Bahwa semua yang kita pelajari dan kita peroleh, catatlah semuanya dibuku, agar apa yang kau tahu tdak hilang begitu saja. Kita belajar bahwa buku sangat penting untuk selalu kita baca, karena disitu terdapat banyak ilmu yang belum kita ketahui.

Sekalipun kita berada di zaman yang semakin modern dengan kecanggihan teknologi. Jangan lupakan buku. Buku yang mengantarkan kita akan kehidupan yang sebenarnya, yang membuat kita menjadi mahir dalam melakukan sebuah tindakan. Kita boleh mengikuti zaman, tetapi janganlah kita lupa akan secarik kertas yang bermanfaat. Tetaplah membaca buku untuk memahami setiap informasi dan mendapatkan informasi yang baik. (**)


*Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Baca Juga

Perebutan Suara Milenial dan Pergeseran Media Kampanye

Oleh: Etik Mahmudatul Himma, SH “Generasi Milenial dan Gen Z, jumlahnya lebih dari 113 juta pemilih …