Digelontor Anggaran Rp10 Miliar, Perkembangan Wisata Ranupani Dinilai Mengecewakan

Lumajang,- Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memiliki pemandangan alam yang eksotis.

Sejauh mata memandang, wisatawan akan melihat perbukitan hijau dan juga ladang-ladang milik warga sekitar yang kebanyakan bekerja sebagai petani.

Berada di ketinggian 2.200 mdpl, desa ini begitu sejuk, bahkan suhunya bisa minus di beberapa waktu tertentu. Menjadi satu-satunya titik awal pendakian ke Gunung Semeru, desa ini memiliki satu tempat yang begitu ikonik, yaitu Danau Ranupani.

Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang memberikan perhatian khusus terhadap Desa Ranupani untuk dijadikan sebagai desa wisata.

Namun, skala prioritas yang diberikan oleh Pemkab Lumajang rupanya bak api jauh dari panggang. Terlebih sejak pendakian ke Gunung Semeru ditutup.

Jasa wisata seperti penginapan atau homestay hingga kuliner di Desa Ranupani selalu sepi pengunjung.

Kondisi itu membuat DPRD Kabupaten Lumajang gusar. Sebab, anggaran yang selama ini telah digelontorkan oleh pemerintah daerah dinilai mubazir, bahkan terbuang sia-sia.

“Desa wisata andalan Lumajang yang masuk 50 anugerah desa wisata Indonesia 2021 sudah banyak dibangun untuk kenyamanan wisatawan. Seperti amphiteater yang telah diresmikan oleh Menteri Pariwisata. Namun, pasca diresmikan, amphiteater tidak pernah digunakan lagi untuk kegiatan, tidak terawat lagi,” kata Trisno, anggota DPRD Kabupaten Lumajang, Jum’at (25/11/22).

Menurutnya, anggaran yang sudah dikeluarkan untuk mengembangkan potensi wisata tidaklah sedikit. Anggaran yang dikeluarkan sekitar Rp10 miliar, namun hasilnya sangat tidak sebanding.

“Jangankan memberikan dampak pada perekonomian masyarakat, ke kas daerah pun nihil,” tukas wakil rakyat dari Fraksi PPP ini.

Padahal, imbuhnya, Pemkab Lumajang tidak hanya mengembangkan pembangunan infrastruktur, tetapi juga menempatkan sejumlah pendamping wisata profesional.

Baca Juga  Banjir Terjang Lumajang, Puluhan Hektar Lahan Pisang dan Padi Terendam

“Perlakukan pemerintah ke Desa Ranupani sangat istimewa, tetapi dampaknya belum ada progress yang signifikan. Sampai sekarang desa itu belum menjadi desa dengan status maju. Desa Ranupani masih berada dalam status desa berkembang di tahun 2022, masih berada di kasta level 3,” imbuhnya.

Dikatakan Trisno, tidak hanya Desa Ranupani, wisata Siti Sundari yang terletak di Desa Burno, Kecamatan Senduro pun setali tiga uang. Eksistensi wisata alam tersebut perlahan tenggelam.

“Pasca pandemi Covid-19 bukannya semakin ramai malah sepi,” sungutnya. (*)

Editor: Efendi Muhammad
Publisher: Zainul Hasan R

Baca Juga

Lonjakan Pengunjung Wisata di Pasuruan Menurun, Diprediksi Naik Lagi saat Hari Raya Ketupat

Pasuruan,- Selama libur lebaran, sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Pasuruan, disesaki wisatawan. Seperti Taman Ria …