SARAT MAKNA: Wakil Ketua DPRD Lumajang, Bukasan, saat mengikuti lomba 'Ngeliwet' di halaman Pemkab Lumajang. (foto: Asmadi).

Tak Sekedar Seru-seruan, ‘Ngeliwet’ Bareng di Lumajang Ternyata Sarat Makna

DARATLumajang,- Lomba ‘ngeliwet’ yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) 2022, Sabtu (5/11/22) malam, bukan sekedar seru-seruan belaka.

Lebih dari itu, lomba yang digelar di depan kantor Pemkab Lumajang dan diikuti oleh unsur Forkopimda, Kantor Kementerian Agama, hingga para kiai muda pengasuh pesantren setempat itu, mempunyai pesan moral yang mendalam.

Wakil Ketua DPRD Lumajang, Bukasan mengatakan, setelah mengikuti lomba ngeliwet nasi, ia terbawa suasana saat  masih menimba ilmu di pondok pesantren, puluhan tahun silam.

“Hari ini seperti hari dimana kita sedang menimba ilmu di pondok pesantren. Saat itu saya setiap hari memasak nasi liwet untuk makan pagi siang dan malam,” ungkapnya.

Selain itu, kesan penting lain yang ditangkapnya dalam lomba ini adalah munculnya kesadaran akan peran penting sosok perempuan. Setiap pagi, siang dan malam, perempuan harus menyiapkan makan untuk keluarga.

Menurutnya, berkaca atas hal itu, maka kesetaraan gender tidak semestinya hanya sekedar wacana. “Terlebih posisi laki-laki dan perempuan dinilai sama tanpa ada perbedaan,” ujarnya.

Bukasan menegaskan, tidak ada perdaan antara laki-laki dan perempuan. Termasuk soal tanggung jawab terhadap keluarga, seperti halnya memasak.

“Kalau perempuan bisa memasak dan kerja, laki-laki juga harus bisa juga semuanya,” Bukasan menambahkan.

Belum lagi, lanjut Bukasan, saat seorang perempuan melahirkan, sudah bukan rahasia umum apabila suaminya yang menggantikan posisinya untuk menjalankan pekerjaan rumah tangga.

“Membantu menyelesaikan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mencuci baju, membersihkan rumah, hingga memasak, itu sudah pasti” jelasnya.

Dengan beberapa pekerjaan tersebut, setidaknya meringankan beban istri sehingga tidak membuatnya stres. Dengan begitu, istri bisa mendapatkan waktu istirahat yang cukup sehingga maksimal dalam menangani si buah hati.

Baca Juga  Dilantik KH Mutawakkil, PCNU Kota Probolinggo Diminta Perangi Hoax

“Itulah kesan berharga dalam lomba ini. Selain mengingat pada masa-masa mondok dulu, juga mengingat pentingnya peran seorang suami ketika istrinya setelah melahirkan,” pungkas dia.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyebut, lomba ngeliwet menjadi mengingat masa lalu ketika ia dan sejumlah peserta yang pernah nyantri, menimba ilmu di pondok pesantren.

“Lomba ini diadakan untuk mengenang waktu menjadi santri. Jadi masa lalu sebagai santri itu sangat menyenangkan dan hari ini kita nikmati lagi setelah mengadakan lomba ini,” jelas Thoriq. (*)

 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: Zainullah F

Baca Juga

Haulnya Dibanjiri Ribuan Jemaah, Ternyata ini Keistimewaan Kiai Hasan Genggong

Probolinggo,- Lautan manusia memenuhi halaman Pesantren Zainul Hasan (PZH) Genggong Pajarakan, Kabupaten Probolinggo dalam haul …