PAITON-PANTURA7.com, Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, Kabupaten Probolinggo, Rabu (18/11/2020) siang. Sidak itu untuk mengecek keberadaan limbah di objek vital nasional itu.
Komisi IV DPR-RI yang diwakili oleh Wakil Ketua Hasan Aminuddin didampingi Wakil Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta Dinas Komunikasi Informasi Statistik dan Persandian (Diskominfo) setempat.
Hasan Aminuddin mengatakan, ia banyak mendapat laporan dari warga maupun dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Probolinggo, yang mengeluhkan soal limbah proyek PLTU Paiton.
“Sejak PLTU ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1994 hingga saat ini, belum ada solusi untuk limbah dan mau dikemanakan limbah ini, karena tumpukan sekian tahun ini memberikan dampak kepada anak cucu kita,” kata Hasan.
Solusinya, menurut politisi Partai Nasdem ini, Komisi IV akan memanggil Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dengan demikian, polemik soal limbah PLTU Paiton segera menemukan solusi.
“Pekan depan, kami ada raker dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jadi ini bukan wacana, namun bagaimana fungsi pengawasan betul-betul dilakukan dan temuan ditindaklanjuti oleh kementerian,” ungkap mantan Bupati Probolinggo ini.
Sementara itu, General Manager (GM) PLTU Paiton, Mustofa Abdillah menjelaskan, kedatangan Komisi IV DP-RI ini dapat menjadi peta jalan bagi PLTU Paiton dalam pengelolaan limbah kedepannya.
“Limbah di di PLTU Paiton berupa busa, merupakan limpasan dari treatment pemurnian air yang menggunakan cairan kimia. Fuungsinya untuk melemahkan biota laut supaya tidak menempel di mesin pendingin,” urai Musthofa.
Dalam pengelolaan limbah pembakaran batu bara, lanjut Mustofa, PLTU Paiton telah memanfaatkan lokasi penimbunan khusus. Tempat tersebut merupakan basic desain sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk pendirian PLTU.
“Selain dimanfaatkan oleh perusahaan semen, kami juga selalu berupaya mengelola limbah ini menjadi komoditi bermanfaat, seperti batako dan paving yang selama ini kami manfaatkan untuk bantuan CSR. Kami berharap kedepan ada teknologi termutakhir untu memanfaatkan limbah lebih masif lagi,” ujar dia.
Dalam upaya menjaga pelestarian lingkungan, dikatakan Mustofa, selain limbah tantanfan terbesarnya adalah kecelakaan laut. Beberapa waktu lalu, diceritakannya, ada sebuah kapal tongkang yang menabrak terumbu karang hingga rusak.
“Tapi ada kompensasi kepada masyarakat yang sebagiannya biaa digunakan untuk perbaikan terumbu karang. Untuk busa, kami sudah berkoordinasi dengan DLH Kabupaten Probolinggo untuk meneliti, hasilnya limbah masih dalam kondisi aman,” jelas Mustofa. (Adv)
Editor : Efendi Muhamad
Publisher : A. Zainullah FT