Tinggal di Gubuk, Ibu-Anak di Maron Hidup Sengsara

MARON-PANTURA7.com, Malang nian nasib Suami (72), warga Desa Brabe, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo. Memasuki usia senja, ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat anaknya, Hartono (45) yang mengalami gangguan penglihatan sejak lahir.

Sepasang ibu dan anak ini tinggal di bangunan semi permanen berdinding anyaman bambu dengan lebar 2,5 meter dan panjang 5 meter di RT 015 RW 005 Dusun Sumur, Desa Brabe. Gubuk itu, sudah mereka tinggali sejak puluhan tahun lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka mengandalkan bantuan dari tetangga. Sebab Hartono sudah tidak mampu bekerja lantaran penglihatannya sudah tidak berfungsi dengan baik.

Agar tidak terlalu bergantung pada bantuan tetangga, Suami kadang mencari kayu bakar di desa sekitar lalu dijual di pasar. Sesekali, Suami mencari barang bekas lalu dijual ke pengepul besi tua, dengan pendapatan yang tidak seberapa.

Meski kondisi ekonomi keluarga kecil itu sangat memprihatikan, namun menurut tetangga sekitar, bantuan kemanusiaan tidak selalu mereka dapatkan. Baik dari pemerintah daerah maupun pihak swasta.

“Dia (Suami, red) datang ke rumah saya dan minta bantuan agar rumahnya bisa direhab. Setelah saya cek, ternyata kondisi rumah memang sudah tidak layak huni, sangat memprihatikan,” kata Bat Kamal, tetangga Hartono, Jum’at (25/9/2020).

HIDUP SENGSARA : Suami (Kaos orange) dan Hartono, yang hidup sengsara di rumah anyaman bambu. (Foto : Moh. Ahsan Faradies).

Sebagai bentuk kemanusiaan, klaim Bad, saat ini dirinya bersama dengan pemuda desa setempat tengah mencari cara agar getirnya hidup yang dijalani Suami dan anaknya bisa berubah menjadi lebih baik.

“Kalau hanya hujan saja, tidak terlalu jadi masalah, tapi gimana kalau hujan disertai angin? Anaknya tidak bisa melihat jelas, semoga ada yang tergugah hatinya, biar kami bisa rehab. Rumah itu juga tidak ada kamar mandi,” terang dia.

Baca Juga  Angka Kriminalitas di Wilayah Polres Probolinggo Kota Tahun ini Turun 17,5 Persen

Kepada PANTURA7.com, Suami mengakui bahwa selama ini ia bisa bertahan hidup karena belas kasihan orang lain. Menurut Suami, jangankan merehab rumahnya, bisa makan sehari-hari saja ia sudah sangat bersyukur.

“Hasil dari menjual kayu atau barang bekas cukup untuk makan saja, karena kami memang tidak punya apa-apa lagi. Sudah sekitar 7 bulan gak dapat bantuan apa-apa,” curhat Suami.

Suami tak banyak berharap, ia hanya ingin rumahnya yang sudah reot bisa segera diperbaiki. Ia khwatir, rumah itu roboh dan menimpanya jika hujan deras dan angin kencang datang.

“Sudah 40 tahun hanya hidup berdua sama anak, sama suami sudah lama pisah. Mau kerja lain sudah tidak kuat. Untuk masak dan minum, anak yang ngambil air di sumber, karena sudah hafal jalannya,” keluhnya. (*)


Editor : Efendi Muhamad
Publisher : A. Zainullah FT


Baca Juga

Kritisi Penyaluran Bansos Jelang Pemilu 2024, Mahfud MD: Orang Lewat Dikasih Bansos

Pasuruan,- Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD kembali melakukan kampanye di Pasuruan. Kali …