Rumini, Korban Erupsi Semeru Lahir Kembali lewat Anggrek

Lumajang,- Berawal dari ilmu merawat tanaman hias yang dimilikinya saat bekerja di kebun Handoyo Budi Orchids (HBO) Malang, tahun 2015 lalu, Eko Yudi Purnomo berhasil berinovasi melalui spesies tanaman anggrek.

Total, 17 jenis anggrek hybrid telah disilangkan pria asal Desa Pasirian, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang itu melalui persilangan tanaman anggrek jenis Dendrobium.

Semua jenis anggrek baru hasil silangannya, telah terdaftar di Orchid Roots, sebuah lembaga sertifikasi internasional untuk tanaman anggrek yang berpusat di Inggris.

Perjalanan eksperimen itu berawal pada tahun 2018 lalu. Eko yang saat itu berprofesi sebagai petani anggrek melihat adanya potensi yang bisa digali dan dikembangkan seputar dunia tanaman anggrek di Lumajang.

Eko mencoba menyilangkan tanaman anggrek jenis Enobi Purple dengan Phalaenopsis. Hasilnya, tumbuh anggrek Dendrobium varian baru, kemudian dipatenkan dengan nama ‘Pesona Lumajang’.

“Pesona Lumajang ini hasil silangan pertama saya,” kata Eko ditemui di kebun anggreknya.

Dari percobaa itu, ia mulai rajin bereksperimen menyilangkan sejumlah tanaman anggrek Dendrobium hingga berhasil menciptakan 17 spesies anggek dengan corak dan motif baru.

Ia merupakan orang pertama di Kabupaten Lumajang yang berhasil menyilangkan tanaman anggrek dan mematenkan spesies baru dari hasil silangan ke lembaga resmi.

Bahkan, beberapa jenis anggrek yang berhasil ia silangkan diberi nama dengan menyematkan objek alam di Lumajang seperti Ranu Kumbolo dan Mini Regulo.

Selain itu, nama-nama anggrek hasil silangannya itu diberi nama dengan menyematkan tempat kelahirannya seperti Mini Lumajang, Lumajang Exsotik, Lumajang Unique dan lain lain.

“Nama-nama yang saya daftarkan beberapa menggunakan ciri khas lokal Lumajang. Tujuannya biar mengangkat nama Lumajang dan bisa dikenal masyarakat luas lewat anggrek,” jelasnya.

Baca Juga  Meriahkan Maulid Nabi Muhammad, Genggong Bersholawat

Nama yang paling populer, Eko memberi nama Rumini. Salah satu wanita korban erupsi Gunung Semeru yang meninggal dalam kondisi memeluk sang nenek di dalam rumahnya.

Tak hanya itu, Eko pun mulai mendaftarkan 17 anggrek hasil penyilangannya ke lembaga resmi sebagai apresiasi atas kerja keras dan keuletannya dalam melakukan teknik penyilangan tanaman anggrek.

“Pematenan itu juga untuk melindungi hak cipta sebagai bentuk penghargaan terhadap karya intelektual,” ia menambahkan.

Menurut ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Lumajang itu, kontribusinya dalam pertanian khususnya persilangan tanaman anggrek diharapkan dapat menambah minat petani lokal untuk membudidayakan anggrek lokal.

“Teknik persilangan pada tanaman anggrek tak hanya untuk menciptakan jenis baru namun juga dapat meningkatkan mutu anggrek,” imbuh Eko sambil melayani pembeli bunga anggreknya.

Saat ini, Eko juga menyediakan bibit anggrek dalam kemasan botol yang berisi 50 bibit anggrek seharga Rp 30 ribu per botol.

Anggrek usia satu bulan dihargai Rp10 ribu sampai Rp20 ribu. Anggrek dewasa dibanderol hingga Rp9 juta, tergantung jenis anggrek dan kecantikan bunganya.

“Kalau yang botolan biasanya Rp30 ribu. Kalau yang dewasa macam-macam, paling mahal ada yang sampai 9 juta,” pungkas dia. (*)

 

 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: Zainullah FT

Baca Juga

Liburan Usai, Dua Destinasi Banyubiru di Pasuruan Masih Membludak

Pasuruan,- Ribuan wisatawan memadati dua objek wisata di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan pada …