DPC MPII Kabupaeten Probolinggo gelar diskusi publik terkait konflik Etnis Rohingya di Myanmar, Senin (18/9/2017).

Dalami Akar Konflik Rohingya, MPII Probolinggo Gelar Diskusi Publik

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Tragedi kemanusiaan yang menimpa Etnis Rohingya di Rakhine Myanmar, belum surut dari perhatian dunia internasional, tak terkecuali di Indonesia. Beragam aksi kepedulian digelar, seperti penggalangan dana sosial, do’a bersama hingga demontrasi besar-besaran terhadap kedutaan besar Myanmar di Jakarta.

Namun langkah berbeda dilakukan Dewan Pengurus Cabang (DPC) Majelis Pemuda Islam Indonesa (MPII) Kabupaten Probolinggo, yang memilih berhati-hati menyikapi konflik Rohingya.

Organisasi pemuda berbasis islam ini, justru menggelar gerakan sprititual berupa diskusi publik bertema ‘Rohingya : Konflik Politik Atau Agama..?’ di Aula Insititut Ilmu Keislaman Zainul Hasan (INZAH) Kraksaan Probolinggo, Senin (18/9/2017), dengan melibatkan 200 peserta.

“Diskusi publik ini merupakan ikhtiar kami membaca tragedi Rohingya. Faktanya, banyak pemuda yang masih apatis terhadap kekerasan kemanusian di Myanmar, bahkan pandangan mereka parsial dalam menganalisa persoalan ini,” papar Zainullah Fatah, Sekretaris Umum DPC MPII Kabupaten Probolinggo.

Tema ‘Rohingya : Konflik Politik Atau Agama..?’ sengaja dipilih, untuk mencari benang merah akar konflik Rohingya. “Karena pandangan umum selama ini konflik itu dipicu oleh persoalan agama, padahal sebenarnya cukup kompleks,” tambah jebolan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini.

Peserta diskusi publik DPC MPII Kab. Probolinggo antusias menyikapi akar konflik Rohingya di Myanmar, Senin (18/9/2017).

Salah satu Pembicara, Fathoni Hakim mengatakan, konflik Rohingya sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari geopolitik yang terjadi di negara Burma itu. Pemicunya, konstruksi konflik agama diawali oleh nasionalisme buddhis, yang diamini negara dengan gerakan represif.

“Dalam analisa geoekonomi telah ditemukan gas bumi sekitar 5,6 triliun kubik di Shwe Blok A-1 Bengal tahun 2004. Inilah yang mendorong Myanmar untuk menguasai daerah Rakhine, yang ditempati muslim Rohingya,” ulas Fathoni.

Sementara dari segi geopolitik, menurut Fathoni, melimpahnya gas bumi di kawasan Rakhine merupakan aset langka yang tidak ditemukan dibelahan bumi Myanmar lainnya. “Inilah sebenarnya akar konflik Rohingya itu,” tutup Kaprodi Hubungan Internasional UIN Sunan Ampel Surabaya ini. (em/ela).

Baca Juga  Festival Musik Patrol, Seni Tabuh Penyambut Lebaran di Krejengan

Baca Juga

Kritisi Penyaluran Bansos Jelang Pemilu 2024, Mahfud MD: Orang Lewat Dikasih Bansos

Pasuruan,- Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD kembali melakukan kampanye di Pasuruan. Kali …