PMK di Lumajang Masih Menyebar, Peternak Sapi Perah Kewalahan 

Lumajang,- Serangan virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Lumajang nyatanya belum sepenuhnya reda. Hingga saat ini masih saja ada hewan ternak yang terjangkit penyakit tersebut.

Kasus ini tentu akan menjadi peluang bagi penyebaran penyakit tersebut ke hewan ternak lain di Kabupaten Lumajang. Alhasil, pemerintah setempat pun mau tidak mau harus kembali menggencarkan vaksinasi ternak, khusus jenis sapi.

Seperti yang dilakukan di Desa Kandangtepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Ternak di kawasan lereng Gunung Semeru ini menjadi salah satu sasaran vaksinasi ternak.

Mayoritas ternak yang disuntik vaksin adalah sapi perah. Diketahui, kawasan ini merupakan salah satu sentra penghasil susu perah di Lumajang.

Awalnya, sapi perah diberi antigen khusus yang disebut-sebut bisa merangsang kekebalan hewan ternak, seusai terserang PMK. Namun, banyak peternak mengeluh lantaran langkah itu tidak terlalu berdampak.

“Imbasnya yang paling terlihat pada produksi susunya. Karena biasanya satu ekor sapi bisa menghasilkan sepuluh liter. Tetapi sejak PMK, rata-rata satu ekor itu hanya 5 liter,” ungkap Salim, salah seorang peternak susu perah di Kecamatan Senduro, Rabu (12/10/22).

Salim menyampaikan, meskipun dirinya memiliki 30 ekor sapi perah, namun tidak semua sapinya bisa diperah. Sebab, hingga saat ini, sebagian besar sapi perah yang ada di Kecamatan Sebduro masih dalam proses penyembuhan PMK.

Bahkan dari 30 ekor sapi perah miliknya, hanya 14 ekor yang bisa diperah. Itu pun, satu ekor sapi, saat ini tidak pernah menghasilkan belasan liter susu.

Paling banyak sekarang, menurut Salim, hanya menghasilkan sekitar 8 liter susu. “Bisa-bisa peternak sapi perah seperti kami ini buntung,” keluh dia.

Kerugian selalu menjadi bayang-bayang karena peternak terbiasa mengambil laba dari akumulasi kuantitas. Jika produktivitas sapi perah turun, ancamannya laba peternak hanya cukup untuk balik modal.

Baca Juga  Toko STB di Kota Probolinggo Dibanjiri Pembeli

Bahkan, dikatakan Salim, memungkinkan peternak tekor jika sapi perah tak kunjung menghasilkan jumlah liter susu yang maksimal, seperti biasanya.

“Koperasi Unit Desa (KUD) mematok harga Rp6.200 untuk satu liter susu. Sebenarnya bagi kami, kalau harga segitu, nutut untuk operasional dengan catatan semua sapi tidak terdampak PMK dan bisa diperah,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: Zainul Hasan R

Baca Juga

Ada Pabrik Baru di Pasuruan, Siap Ciptakan Ribuan Lapangan Kerja

Pasuruan,– Kabar gembira datang dari Jawa Timur. Hari ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy …