‘Kampung Sagu’ di Probolinggo, Warganya Olah Aren Jadi Tepung

PROBOLINGGO – Pohon aren (Arengga pinnata) banyak dijumpai tumbuh subur di lereng-lereng pegunungan. Termasuk di sebagian desa di Kabupaten Probolinggo.

Pohon aren mirip dengan pohon rumbia (Metroxylon sagu) yang banyak tumbuh di dataran rendah di kawasan Indonesia timur seperti, Maluka dan Papua. Bahkan bubur sagu atau papeda menjadi makanan pokok warga setempat.

Baik aren maupun rumbia, batangnya memang mengandung empulur, yang bisa menghasilkan tepung. Tepung tersebut mengandung karbohidrat yang bisa mengenyangkan perut seperti halnya nasi.

Masyarakat sering menyepu tepung yang dihasilkan kedua tanaman yang masuk keluarga palem itu sebagai tepung sagu. Tepung sagu pun bisa diolah menjadi aneka makanan mulai, bubur, mie, kerupuk, kue, hingga pentol bakso.

Di Kabupaten Probolinggo, pohon aren tersebar di sejumlah desa di kawasan pegunungan. Termasuk di Dusun Dusun Sawah Kembang, Desa Duren, Kecamatan Gading. Sebagian warga dusun tersebut memiliki keahlian mengolah batang aren menjadi tepung sagu.

Tercatat, sekitar 40 kepala keluarga (KK) di dusun tersembut menggantungkan mata pencahariannya dari keterampilan mengolah pohon aren.

Banyaknya warga yang mata pencahariannya dihasilkan dari menjual hasil olahan aren tersebut, membuat Dusun Sawah Kembang dikenal masyarakat sekitar sebagai Dusun Kampung Sagu. Bahkan, di pinggir jalanan desa yang ada di dusun tersebut banyak berjejer terpal dengan tepung sagu yang sedang dijemur.

Safari (31) perajin tepung sagu setempat mengatakan, kerajinan tersebut sudah digeluti warga setempat sejak puluhan tahun lalu. Bahkan, pada tahun 1990-an, sudah ada warga setempat yang mulai memproses pembuatan tepung sagu dengan bermodal pohon aren.

“Sejak presidennya Gus Dur, di sini sudah ada. Cuma saat itu proses pengambilan seratnya masih ditumbuk, kalau sekarang kan sudah modern, jadi sudah gunakan selep,” katanya, Jumat (15/7/2022).

Baca Juga  Jembatan Kregenan Bakal Dibangun Sebelum Tutup Tahun, Anggaran Rp3,5 M

Ia menjelaskan, pengolahan batang aren menjadi tepung sagu tersebut bukan hanya dilakukan oleh kaum Adam. Yang laki-laki ada yang bertugas melakukan penebangan pohon aren, ada pula yang disibukkan dengan proses penyelepan pohon aren untuk diambil seratnya.

Sedangkan, yang perempuan bertugas untuk melakukan pemerasan serat pohon aren untuk diambil intisarinya sebelum menjadi tepung. “Kesehariannya memang sudah sibuk dengan pengolahan sagu ini,” kata Safari.

Namun menurutnya, pengolahan kayu untuk menjadi tepung tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan. Butuh waktu berhari-hari dalam prosesnya. Mulanya, ia harus mencari kayu aren yang berisi serat tepung di dalamnya.

Sebab, tidak semua batang aren berisi serat tepung. Sebagian pohon aren hanya bisa digunakan untuk memproduksi gula merah.

“Pohonnya dilubangi dengan besi, nanti ketika ditarik, kalau besinya berisi tepung, baru bisa digunakan. Tapi kalau yang keluar air, itu untuk pembuatan gula,” terangnya.

Setelah ditebang, pohon aren tersebut harus segera diselep untuk menghasilkan kualitas tepung yang bagus. Pasalnya, jika dibiarkan terlalu lama, pohon aren yang sudah ditebang tersebut akan membusuk dan tidak bisa diolah menjadi tepung.

Serat yang dihasilkan dari proses penyelepan itu kemudian langsung disiram dengan air bersih untuk diambil intisarinya. Setelah intisarinya terambil, serat pohon aren tersebut kemudian dibuang. Sedangkan airnya diendapkan sekitar dua jam sebelum dibuang.

“Setelah dua jam itu, intisarinya kan sudah mengendap di bawah, dan masih menjadi tepung basah, airnya dibuang, kemudian dijemur tepungnya,” terangnya.

Safari melanjutkan, pada musim yang tidak menentu seperti ini, poses penjemuran tepung sagu menjadi semakin lama. Jika pada kondisi cuaca normal, hanya diperlukan dua hari untuk melakukan penjemuran, namun jika kondisi sering hujan, penjurannya membutuhkan waktu lima hari.

Baca Juga  Mobdin KPP Pratama Probolinggo Terbakar di Jalan

Memang perajin setempat tidak biasa menggunakan kipas angin untuk melakukan pengereringan. Satu-satunya cara untuk melakukan pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari.

Saat ini, hujan yang masih sering terjadi, membuat para perajin tepung di dusun tersebut kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sebab, pekerjaan sampingan dari para perajin tepung sagu di dusun setempat hanya mengandalkan hasil dari lahan perkebunannya.

“Kalau sudah musim hujan seperti ini bukan hanya sagunya yang terhambat, perekonoiam juga,” ucapnya.

Sementara itu, Ahmadi, warga desa setempat mengungkapkan, sejak puluhan tahun yang lalu Dusun Sawah Kembang memang dikenal sebagai tempat pengolahan tepung sagu. Bahkan, jika stok pohon aren milik para perajin sudah tidak ada yang bisa ditebang, maka para perajin tersebut tak segan untuk membeli pohon aren ke warga lain yang memilikinya.

“Dari dulu memang sudah produksi tepung kalau di Sawah Kembang, bahkan perajinnya rela membeli pohon aren dengan harga Rp250 ribu per pohonnya,” paparnya. (*)

Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Zainul Hasan R.

Baca Juga

Ada Pabrik Baru di Pasuruan, Siap Ciptakan Ribuan Lapangan Kerja

Pasuruan,– Kabar gembira datang dari Jawa Timur. Hari ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy …