Harga Cabai Rawit Meroket, Picu Inflasi

MAYANGAN-PANTURA7.com, Harga cabai rawit yang terus meroket, menjadi salah satu penyumbang tertinggi dan pemicu angka inflasi di Kota Probolinggo. Terhitung selama Januari 2021, angka inflasi mencapai 0,28 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo Heri Sulistio melalui Kasi Distribusi M. Machsus menyampaikan, pada Januari 2021 di Kota Probolinggo mengalami inflasi sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,83 persen, sedangkan laju inflasi year on year sebesar 1,76 persen.

“Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi bulan Januari 2021 adalah cabe rawit, tempe, tahu, tahu mentah, ikan benggol, melon, ketimun, cumi-cumi dan lain-lain,” katanya, Kamis (18/2/2021).

Ia menambahkan, inflasi pada Januari 2021 di delapan kota IHK di Jawa Timur semua kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Madiun sebesar 0,60 persen; diikuti oleh Kota Surabaya sebesar 0,37 persen; Kota Probolinggo sebesar 0,28 persen.

“Kemudian Kabupaten Jember sebesar 0,25 persen; Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,18 persen; Kota Kediri sebesar 0,16 persen. Inflasi terendah terjadi di Kota Malang, yakni sebesar 0,06 persen. Sedangkan Jawa Timur mengalami inflasi 0,32 persen,” paparnya.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setiono Sayekti melalui Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Heri Astuti mengakui, tingginya harga cabai merah mempengaruhi inflasi di Kota Probolinngo.

“Hal itu seiring dengan kenaikan harga cabai yang melonjak di pasar tradisional pada awal tahun ini,” ujar dia.

Ia menambahkan, seain cabai rawit yang menyumbang inflasi sebesar 0,1296 persen, komoditi lain juga turut andil memberikan sumbangan inflasi. “Seperti tempe sebesar 0,0367 persen dan tahu mentah sebesar 0,0291 persen,” paparnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan (TPHP) Irhamni Alfatih mengungkapkan salah satu kendalanya, adalah minimnya minat petani menanam kacang kedelai.

Baca Juga  Terekam CCTV, Bentor Pegawai DLH Kota Probolinggo Dicuri

Hal itu, jelasnya, karena para pengguna khususnya pabrikan tahu dan tempe lebih memilih menggunakan bahan baku kedelai impor. Karena persediaannya mudah didapat, penanamannya cepat dan berkualitas dibanding jenis lokal.

“Kalau kedelai lokal, selain yang disebutkan diatas, kendala pemasaran dan biaya produksinya yang cukup tinggi. Sehingga hasil panennya dinilai kurang menguntungkan, dibanding tanaman padi atau jagung,” bebernya. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Baca Juga

Harga Beras dan Gabah Jomplang Banget! Petani Lumajang Salahkan Beras Impor

Lumajang,- Harga beras premium di Kabupaten Lumajang kini mencapai Rp15.000 ribu per kilogram (kg). Ironisnya, …