Salah satu warga Desa Sumberkare Kecamatan Wonomerto mengambil air dari lubang kerukan tanah, Kamis (28/9/2017).

Kemarau Panjang, Warga Kabupaten Probolinggo Konsumsi Air Keruh

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Musim kemarau yang panjang membuat puluhan kepala keluarga (KK) di dusun Pelangkerep, Rt.04/Rw.01 Desa Sumberkare, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo mengkonsumsi air keruh. Kondisi ini terjadi karena sumber mata air didesa tersebut sudah kering sehingga warga mencari sumber mata air alternatif.

Salah satu warga, Zubaidah (47) menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia dan warga desa lainnya terpaksa berjalan kaki cukup jauh, menuju sumber mata air yang terletak di sekitar daerah aliran sungai (DAS) embung Sumberkare.

“Cukup jauh ambilnya mas, kalaupun ada airnya keruh dan agak kekuningan, dan kadang-kadang rasanya anyir. Tapi ini cara satu-satunya, kami sangat butuh air makanya yang ada ini kami manfaatkan,” keluhnya, Kamis (28/9/2017).

Sejatinya, lanjut perempuan yang telah memiliki dua cucu ini, ada alternatif lain agar air lebih mudah didapat, yakni dengan membuka tanggul embung Sumberkare sehingga dapat mengalirkan air ke DAS yang berada tak jauh dari dusunnya itu. Hanya saja, ia harus membayar Rp 10 ribu per KK kepada petugas embung.

“Bagi kami kalangan tidak mampu, uang segitu cukup memberatkan apalagi harus satu dusun. Tetapi bagi warga yang memiliki dana dan ingin mendapatkan air dari dalam embung, bisa menggunakan mesin pompa air dengan tarif Rp 40 ribu perjamnya ,” ulasnya.

Menurut Zubaidah, seharusnya keberadaan embung Sumberkare sebagai sumber cadangan mata air tidak diperjual belikan karena sangat memberatkan warga. “Akhirnya kami mengeruk tanah atau bebatuan disekitar DAS yang masih tersisa airnya, lalu kami ambil dan tampung dalam ember, yang selanjutnya kami bawa pulang kerumah,” tandas Zubaidah.

Kepala desa Sumberkare, Hasan, mengakui jika terdapat puluhan warga satu dusun di desanya yang memanfaatkan air keruh tak layak konsumsi, untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini tak lepas dari letak geografis desa, yang dikelilingi perbukitan tandus sehingga desanya menjadi langganan kawasan kekeringan.

Baca Juga  Bulan Ramadhan, Relawan Kenalkan Khofifah-Emil Melalui Bagi-bagi Takjil

“Setiap musim kemarau memang seperti itu, ini belum masuk puncak musim kemarau. Jadi hanya embung sumberkare itu sebagai satu-satunya cadangan air yang eksploitasinya benar-benar kami jaga,” jelasnya.

Hasan menyebut, bahwa desanya memang pernah menerima bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo. Hanya saja, waktu pelaksanaan droping air yang dilakukan sekitar pukul 01.00 Wib dini hari, membuat distribusi air tidak maksimal.

“Tengah malam gitu warga sudah istirahat semua, mereka enggan untuk keluar rumah. Harapan kami, semoga ada perhatian karena kalau menkonsumsi air keruh terus menerus, warga kami bisa terserang penyakit,” harapnya. (em/ela).

Baca Juga

Pj Bupati Probolinggo: Belum Ada Laporan ASN Bermedsos Politik

Probolinggo – Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menggunakan media sosial (medsos) menjadi salah satu …