Menu

Mode Gelap
Akar Rumput Desak DPP PDI-P Berikan Rekomendasi Pilkada Probolinggo ke Cakada yang Diterima Masyarakat Pecah Kongsi dengan Cak Thoriq di Pilkada Lumajang, Bunda Indah Beberkan Alasannya Musim Kemarau, Empat Kecamatan di Kabupaten Probolinggo Terdampak Kekeringan Tentara Gadungan Perampok Janda, Dua Kali Gagal Tes Seleksi TNI Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan, Wisatawan Dilarang Berkemah di Bromo Partai Golkar Keluarkan Surat Tugas ke Gus Haris – Ra Fahmi untuk Pilkada Probolinggo

Lingkungan · 12 Nov 2023 18:59 WIB

Bibit Anggrek Mati Akibat Kemarau Panjang, Petani Pasuruan Rugi


					RUGI: Petani anggrek di Desa Sadengrejo, Rejoso, Pasuruan, Hudan Dardiri, rugi akibat bibit tanaman anggreknya kering dan mati (insert). foto: Moh. Rois) Perbesar

RUGI: Petani anggrek di Desa Sadengrejo, Rejoso, Pasuruan, Hudan Dardiri, rugi akibat bibit tanaman anggreknya kering dan mati (insert). foto: Moh. Rois)

Pasuruan,- Musim kemarau yang terus berkepanjangan, berdampak pada budidaya tanaman hias. Seperti tanaman anggrek di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, yang bibitnya banyak mati akibat suhu panas.

Petani anggrek di Desa Sadengrejo, Kecamatan Rejoso, Hudan Dardiri mengungkapkan, ribuan bibit anggrek di tiga greenhouse milik BUMDes Sadengrejo mengalami kerusakan serius. Daun anggrek mengering, batangnya layu akibat panas yang tak kunjung reda.

“Ini sudah terjadi mulai bulan Juli kemarin. Jika ditotal mungkin sudah ada seribuan anggrek yang masih dibotol-botol kecil itu mati,” ujar Hudan, Minggu (12/11/23)..

Kerugian yang dialami Hudan tak hanya sebatas pada kehilangan tanaman, namun juga secara finansial. Satu botol kecil bibit anggrek biasanya dijual seharga Rp50 ribu.

Dengan jumlah bibit anggrek yang mati mencapai ribuan, Hudan menghitung kerugiann yang ia alami hingga mencapai Rp 50 juta selama empat bulan terakhir.

“Sebelum kemarau, kami mampu mengirim 3000 hingga 4000 botol bibit anggrek kecil. Namun, sekarang jumlah pengirimannya turun drastis hingga 75 persen,” ujar Hudan.

Hudan mengungkapkan bahwa kondisi ini juga berdampak pada infrastruktur pendukung budidaya, seperti paranet atau jaring pelindung panas yang rusak akibat terik matahari.

Dalam upaya mengatasi dampak buruk kemarau, Hudan berharap ada bantuan dari pemerintah, terutama terkait penyediaan paranet untuk melindungi tanaman dari sinar matahari langsung.

“Kena panas, paranetnya banyak yang rusak meleleh. Kita butuh paranet itu agar tanaman anggrek tidak terpapar langsung oleh matahari. Sementara ini saya berusaha nambah dari segi penyiraman air agar tanaman tidak terlalu kering,” beber dia. (*)

 

Editor: Mohamad S
Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kreatif! Cegah Banjir, Warga Kota Probolinggo Buat Biopori

18 Juli 2024 - 10:55 WIB

Fenomena Bediding Picu Gangguan Kesehatan, IDI Pasuruan Berikan Tips Pencegahan

17 Juli 2024 - 20:30 WIB

Mengapa Fenomena Embun Upas Terjadi di Bromo? Begini Penjelasannya

17 Juli 2024 - 17:44 WIB

Terjadi Fenomena Bedhidhing, Begini Kondisinya di Kota Probolinggo

16 Juli 2024 - 18:00 WIB

Bertemu Kelompok Tani dan Hutan, Gus Haris Beberkan Kekayaan Alam di Kabupaten Probolinggo

15 Juli 2024 - 15:31 WIB

Trending di Lingkungan