ADAT: Warga Suku Tengger Lumajang saat menggelar salah satu ritual dalam Yadnya Karo. (foto: Asmadi)

Mengenal Yadnya Karo Suku Tengger di Ranupani Lumajang berikut Prosesinya

Lumajang,- Hari Raya Karo atau yang lazim disebut Yadnya Karo merupakan hari raya kedua setelah Kasada alias bulan kedua dari 12 bulan menurut kalender Suku Tengger.

Perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga berbagai rangkaian Upacara Karo wajib dilakukan oleh masyarakat adat Tengger di Desa Ranupani Kabupaten Lumajang.

Suku Tengger di Jawa Timur, tidak hanya bermukim di wilayah Kabupaten Lumajang. Melainkan juga tersebar di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan Malang atau sekitar kawasan lereng Gunung Bromo dan Semeru.

Di Kabupaten Lumajang, Suku Tengger mayoritas tinggal di Desa Argosari, Ranupani, dan Kandangan, Kecamatan Senduro. Selebihnya, tersebar di desa-desa lain dengan skala lebih kecil.

Warga Desa Ranupani, Santoso Aji (58) mengatakan, perayaan Karo menjadi lambang asal mula kelahiran manusia sehingga rangkaian upacara Karo wajib dilakukan oleh warga Suku Tengger, tak terkecuali di Desa Ranupani.

Perayaan Karo dimulai dengan Prepekan atau pembukaan, mbesan duata dan Tayub pada malam harinya. Hari kedua dilakukan Sesanti yang diawali pemberangkatan Punden dan Mbatek Tumpeng Gede di kediaman Kepala Desa.

“Diawali dari tayub pada malam hari, paginya pemberangkatan punden dilanjutkan ke rumah kepala desa mbatek tumpeng gede setelah itu mengikuti romo dukun melakukan sesanti,” kata Aji, Sabtu (19/8/2023).

Aji menambahkan, rangkaian Perayaan Karo Suku Tengger dilanjutkan dengan Andon Mangan atau budaya saling berkunjung dan menjamu tamu dengan sajian khas Ranupani.

“Setelah sesanti tidak boleh ada hiburan agar tidak mengganggu kekhidmatan masyarakat melakukan andon mangan, masyarakat saling sowan (berkunjung, red) meskipun sesuap harus tetap dilakukan, ini diwajibkan,” terangnya.

Puncak Perayaan Karo dilakukan Nyadran atau Sadranan yang artinya ruwah syakban dalam bahasa Jawa. Dalam tradisi ini masyarakat melakukan tabur bunga ke makam leluhur yang diawali dengan pemberangkatan Sadranan dari rumah Romodukun.

Baca Juga  Kolosal Jaran Bodak - Kiprah Lengger, Buka Semipro 2019

“Dari rumah Romodukun lalu menuju makam yang diiringi Jaran Kencak dan Tabuan Ketepong,” ucap Aji memungkasi. (*)

 

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Moh. Rochim

Baca Juga

Bibibi, Tradisi Membagikan Makanan Jelang Lebaran yang Tak Lekang Waktu

Probolinggo,- Ada tradisi unik yang dilaksanakan menjelang Hari Raya Idul Fitri yakni, Bibibi. Tradisi membagikan …