Emak-emak di Lumajang Tolak Konversi Kompor Gas ke Kompor Listrik 

Lumajang- Belakangan ini, masyarakat Indonesia tengah ramai membicarakan program konversi LPG 3 kilogram ke kompor berenergi listrik.

Program konversi kompor gas ke listrik tersebut dibahas oleh kalangan ibu rumah tangga hingga para penjual gorengan dipinggir jalan. Namun, di Kabupaten Lumajang, rencana tidak sepenuhnya disambut baik oleh warga.

Sebab, ibu rumah tangga maupun pedagang gorengan di Lumajang meyakini kompor listrik kurang tepat dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan rumah tangga.

Kekhawatiran salah satunya diungkapkan oleh Rini, ibu rumah tangga asal Desa Kandangtepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Alasannya, di kawasan Kecamatan Senduro aliran listrik sering mengalami pemadaman.

“Ya tentu sangat tidak baik. Apalagi disini sering padam apabila hujan. Kadang, meski gak hujan pun sering padam,” kata Rini, Senin (27/9/2022).

Senada dengan Rini, Siani (46) penjual gorengan di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang pun turut memberikan komentar dengan adanya program kompor listrik tersebut. Sebab, konversi kompor listrik justru akan merepotkan bagi para penjual gorengan.

Menurutnya, kalau memasak menggunakan kompor listrik, tentu panci dan wajannya harus khusus, misalnya harus terbuat dari alumunium. Jika menggunakan tembaga, tentu tidak cocok digunakan kompor industri.

“Tentu kita mengeluarkan biaya lagi untuk membeli perabotan yang dibutuhkan. Belum lagi ngurusi anak yang masih sekolah, biayanya juga tidak menentu,” keluh dia.

Selain itu, lanjut Siani, di Desa Senduro aliran listrik sering padam meski cuaca dalam kondisi cerah. Belum lagi menghadapi risiko pemadaman jika ada perbaikan jaringan listrik.

Bahkan, dijelaskannya, dikjawatirkan bila penggunaan kompor listrik ini lebih lama, akan menimbulkan bencana tak terduga seperti konsleting listrik, misalnya.

“Kok kayaknya kurang aman gitu ya. Kalau memang harus direalisasikan ya harus diedukasi dulu cara penggunaannya. Termasuk mensubsidi peralatan yang mendukung kompor listrik,” ucap Siani.

Baca Juga  Harga Sayur-Mayur Naik, Cabai Turun

Bahkan, Arie Susanti (39) warga kelurahan Jogoyudan, Kecamatan Lumajang merasa ragu untuk menggunakan kompor listrik tersebut.

Arie mengaku akan menolak apabila nanti disuruh pindah ke kompor listrik karena ancamannya sangat membahayakan. Baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anaknya yang gemar memasak.

“Anak saya masih umur 16 tahun, dia gemar memasak kalau hari libur. Iya kalau tidak konslet kompornya, kalau konslet saat sedang memasak gimana,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: Zainul Hasan R

Baca Juga

Ada Pabrik Baru di Pasuruan, Siap Ciptakan Ribuan Lapangan Kerja

Pasuruan,– Kabar gembira datang dari Jawa Timur. Hari ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy …