PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Sedikitnya 12 ribu santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo makan ikan bersama Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti, Jum’at (2/11/2018). Kampanye makan ikan kian semarak dengan datangnya anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.
Makan bersama ikan laut ini digelar di halaman Universitas Nurul Jadid (Unuja). Ribuan santri memenuhi lokasi makan ikan massal sejak pukul 6.00 WIB. Hanya saja, Susi dan rombongan baru tiba di lokasi sekitar pukul 9.00 WIB.
Suasana menjadi riuh saat Susi dan Gibran tiba di lokasi. Para santri berebut bersalaman dan berswafoto dengan kedua tokoh tersebut. Kepada santri, Susi mengajak warga pesantren meningkatkan konsumsi ikan laut, mengingat konsumsi ikan di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Probolinggo masih rendah.
“Adik-adikku, Ibu berpesan agar kalian membiasakan mengkonsumsi ikan, jenis ikan apa saja, bisa lele, mujair atau ikan laut. Hanya ikan yang kandungan nabati, omega dan proteinnya alami,” kata Susi.
Tak sekedar memelihara kesehatan tubuh, konsumsi ikan menurut Susi, juga sebagai bentuk kecintaan terhadap negara. “Sebab 70% negara kita adalah perairan. Kalau ingin menjadi poros maritim, maka kita harus cinta laut dan gemar makan ikan,” tuturnya.
Salah satu santriwati, Irsha Adna Syabila (17) tak dapat menyembunyikan kegembiraannya seusai makan bersama dan berselfie ria dengan Menteri Susi. Hal ini, akunya, merupakan pengalaman pertama yang tak akan terlupakan.
“Senang sekali, ini pengalaman pertama makan ikan bersama Bu Menteri. Secara pribadi, saya suka ikan. Di pondok, saya biasanya makan ikan dua kali selama sepekan,” ucap santriwati jelita asal Bondowoso ini.
Sementara, Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid menyebut bahwa kampanye makan ikan laut sangat tepat untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar pesantren.
“Jadi selain pengembangan santri, kegiatan ini cocok untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar pesantren. Satu kilo sisi utara pesantren adalah kawasan pesisir yang masyarakatnya bekerja sebagai nelayan,” tandas Ra Hamid, begitu ia biasa dipanggil. (*)
Penulis : Moh. Ahsan Faradies
Editor : Efendi Muhammad