Warga Lereng Gunung Bromo Gelar Yadnya Kasada 1939 Saka

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Ribuan warga Suku Tengger di lereng Gunung Bromo, menggelar upacara Yadnya Kasada tahun 1939 Saka, Sabtu (30/6/2018) dinihari. Dalam ritual tahunan ini, warga melarung aneka hasil bumi dan sesajen ke dalam kawah Gunung Bromo.

Prosesi Yadnya Kasada dimulai di Pure Agung Luhur Poten di kaki Gunung Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, pukul 03.00 WIB. Warga dari empat kabupaten, yakni Kabupaten probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang membawa aneka hasil bumi dan sesajen ke dalam pure menggunakan ongkek.

Ongkek adalah keranjang bambu yang didesain khusus oleh warga Suku Tengger sebagai pikulan bahan sesajen. Di dalam pure, berkumpul 47 dukun pandita perwakilan dari 36 desa di kawasan lereng Gunung Bromo.

Yadnya Kasada merupakan penghormatan warga terhadap leluhur mereka, pasangan suami istri (Pasutri) Roro Anteng dan Joko Seger yang mengorbankan anaknya yang ke-25, Raden Kusuma untuk dilarung ke dalam kawah Gunung Bromo. Raden Kusuma dikorbankan untuk menepati janji pasutri keturunan Kerajaan Majapahit itu kepada Sang Hyang Widhi.

“Ini bentuk penghargaan kami kepada leluhur, jadi setiap tahun kkami sedekah hasil bumi dan sesajen ke dalalam kawah. Yadnya Kasada digelar setiap tanggal 14 pada bulan kasada, tidak bisa digantti atau dirubah meski Gunung Bromo erupsi,” kata tokoh adat SukuTengger, Supoyo.

Usai upacara di pure, puluhan ongkek dibawa warga menuju kawah Gunung Bromo. Cuaca ekstrem berkabut dibawah suhu 5 derajat selsius serta naik turunnya medan, tak menyurutkan warga untuk melakukan larung sesaji. “Apapun keadaanya, harus kita jalani,” imbuh Supoyo.

Menariknya, aneka hasil bumi dan sesajen yang dibuang kedalam kawah justru menjadi rebutan warga. Bahkan banyak warga dari luar kawasan Bromo sengaja naik ke puncak kawah sejak malan hari sebelumnya, menunggu sedekah bumi itu dilarung warga.

Baca Juga  Budidaya Ikan Tawar Solusi Minimnya Pasokan Ikan

“Kalau dapet, sesajinya buat dimakan, sayur sama buah-buahan bisa dijual mas. Tahun kemarin saya mengumpulkan Rp 80 ribu, kalau sekarang belum dihitung,” aku Sutikno (40), salah seorang perebut sesaji asal Desa Curahsawo, Kecamatan Lumbang. (*)

 

 

Penulis : Rahmad Soleh

Editor : Efendi Muhamad

Baca Juga

Ada Pabrik Baru di Pasuruan, Siap Ciptakan Ribuan Lapangan Kerja

Pasuruan,– Kabar gembira datang dari Jawa Timur. Hari ini, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur, Adhy …