Bupati Probolinggo, P Tantriana Sari meresmikan galeri batik Dewi Rengganis di Desa Jatiurip Kecamatan Krejengan, Rabu (11/10/2017).

Kisah Rusyami, Sarjana Agama Yang Mendunia Lewat Batik

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kerja keras dan tekad bulat, dapat mengantarkan seseorang meraih kesuksesan, tak peduli latar belakang atau jenjang pendidikan yang dilaluinya. Tak percaya? Tengok saja perjalanan sukses Rusyami, sarjana agama yang justru mendunia lewat batik.

Kisah sukses wanita asal RT 03, RW 03, Dusun Kuripan, Desa Jatiurip Kecamatan Krejengan itu dimulai pada awal 2000-an. Saat itu, ia baru lulus dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Bukannya terjun ke lembaga pendidikan, wanita 48 tahun itu malah mengembangkan keterampilan membuat pernak-pernik perhiasan wanita, berupa gelang, anting, kalung dan lain sebagainya.

“Itu saya kembangkan disela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga. Lalu pada tahun 2012, saya mengikuti pelatihan batik oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Probolinggo. Sepulang dari pelatihan itu, saya berlatih mandiri dengan modal Rp 300 ribu,” kenangnya.

Usaha batik mandiri awalnya dilakukan dengan sistem celup selama 2 tahun, dimana satu lembar baru selesai selama satu minggu dengan hasil yang tidak begitu bagus. Siapa sangka usaha kecil-kecilan ini berkembang dengan pesat, bahkan mulai beralih menggunakan batik tulis.

“Kemudian saya mendapatkan ide untuk membuat batik motif Rengganis, yang terinsparasi dari legenda masyarakat Kabupaten Probolinggo. Dewi Rengganis ini konon pernah tinggal di antara Kecamatan Krucil, Tiris dan Krejengan,” ujar istri Ansyori ini.

Menurut cerita, kata Rusyami, Dewi Rengganis adalah salah seorang putri dari Prabu Brawijaya, Raja Majapahit, yang lahir dari salah satu selirnya. Karena tidak diakui keberadaannya, Dewi Rengganis pun pergi ke Probolinggo.

Bupati Probolinggo, P Tantriana Sari melihat koleksi batik motif Dewi Rengganis di galeri batik milik Rusyami, Rabu (11/10/2017).

Motif sejarah ini membuat usahanya kian melejit. Saat ini, Rusyami dan 48 karyawannya mampu menciptakan 75 motif yang berasal dari tokoh Dewi Rengganis. Omsetnya pun mencapai Rp. 95 juta dengan hasil produksi 300 lembar per bulan. Bahkan produknya dikenakan Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari.

Baca Juga  Transeksual Pemicu Dominan Penularan HIV-Aids Di Kota Probolinggo

“Selain digunakan Gubernur dan Bupati, batik kami juga dikenakan pegawai di Pemkab Probolinggo. Selain itu telah kami pasarkan Sumatera Selatan, Riau dan Papua Barat bahkan mancanegara mas,” beber wanita dengan tiga anak ini.

Apresiasi dari Pemkab Probolinggo pun diberikan dengan meresmikan Galeri Batik Dewi Rengganis, yang menjadi galeri batik pertama dari 13 pengrajin batik se-Kabupaten Probolinggo.

“Hari ini saya meresmikan galery batik pertama di Kabupaten Probolinggo, tentu ini menjadi kabar baik bagi pecinta batik maupun masyarakat, bahwa batik di Kabupaten semakin banyak pilihan,” tutur Bupati Probolinggo, P Tantriana Sari, seusai meresmikan Galeri Batik tersebut, Rabu (11/10/2017).

Bupati Tantri berharap para pengrajin batik tak berpuas diri dan terus belajar agar perkembangan dunia batik dapat terus diperbarui. “Sehingga dari situlah para peminat batik dapat menjaga minat mereka terhadap batik khas Kabupaten Probolinggo,” pungkas Bupati Probolinggo ke 34 ini. (em/ela).

Baca Juga

Bibibi, Tradisi Membagikan Makanan Jelang Lebaran yang Tak Lekang Waktu

Probolinggo,- Ada tradisi unik yang dilaksanakan menjelang Hari Raya Idul Fitri yakni, Bibibi. Tradisi membagikan …