Refleksikan Makna Hidup, Warga Suku Tengger Gelar Ritual Nyadran

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Warga Suku Tengger Brang Wetan, menggelar ritual Nyadran yakni ritual ziarah ke makam keluarga, Selasa (12/9/2017). Ritual ini merupakan rangkaian dari Hari Raya Karo, yang setiap tahun dirayakan oleh umat hindu Tengger.

Ritual nyadran digelar hampir oleh seluruh warga yang bermukim di lereng Gunung Bromo, seperti yang tampak di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Sejak pagi, warga sudah berkumpul di pemakaman umum desa setempat.

“Ritual ini sebagai bentuk rasa syukur dan refleksi kehidupan kami dalam hubungannya dengan sesama manusia, alam dan Tuhan,” kata Sunarip, warga desa setempat kepada PANTURA7.com.

Dalam ritualnya, warga membagi nasi dan lauk pauk yang dibawa dalam rantang untuk lima makam yang dikunjunginya. Tak lupa, warga jug tabur bunga di atas batu nisan satu per satu di makam keluarganya.

“Ini sudah adat kami setiap datang Hari Raya Karo. Berangkat ke makam dari rumah dengan bawa makanan, dan kemudian meninggalkan makanan di makam,” tutur bapak dengan tiga anak itu.
Prosesi selanjutnya, makanan yang dibawa akan disantap setelah didoakan bersama, dengan dipimpin dukun adat Tengger.

“Nyadran bersama ini punya makna, yakni mengingatkan kami, bahwa yang sekarang masih hidup, akan mati dan dikubur seperti keluarga-keluarga kami yang meninggal terlebih dahulu,” jelas Supoyo, salah satu tokoh suku Tengger.

Perayaan Karo, menurut Supoyo, tidak sekedar ritual keagamaan namun juga telah menjadi salah satu bentuk pelestarian budaya, akan kentalnya kebersamaan warga tengger. “Setiap tahunnya, kami menggelar perayaan Karo ini dengan biaya yang ditanggung murni dari warga,” tandasnya. (em/ela).

Baca Juga  Pesta Pernikahan Pemicu Ledakan Petasan di Jrebeng Kulon

Baca Juga

Kisah Inspiratif Abdul Hari, Buruh Tani asal Pasuruan yang Naik Haji di Usia Senja

Pasuruan,- Di balik kesederhanaan gubuk berukuran 3×5 meter yang terletak di Desa Rembang, Kecamatan Rembang, …