Kain Perca Bisa ‘Disulap’ Menjadi Kerajinan Beromset Ratusan Juta

Probolinggo – Limbah dari perusahaan garmen berupa potongan-potongan kain teryata bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi. Hal itu dibuktikan seorang perajin berbahan kain perca di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.

Di tangan Katarina Suhendar Triningrum (48), warga Jalan Argopuro kain perca menjadi lebih bermakna setelah diubah menjadi tas hingga dompet.

Di rumahnya, Perumahan Kopian Barat, Katarina bersama sejumlah karyawannya mengubah kain perca yang ia dapat dari perusahaan garmen di Kota Probolinggo menjadi berbagai kerajinan. Sebelum dibentuk pola, kain perca terlebih dahulu dipilah sesuai warna dan ukuran.

Selanjutnya, di tangan ibu dua anak ini, kain perca yang sudah dipilah kemudian dijahit dan dibentuk berbagai jenis, mulai dari tas, domper, masker, hingga sepatu dan sandal. Meski telah memiliki pekerja, jika pesanan melimpah, ia akan menambah pekerja yang diambil dari ibu-ibu di komplek perumahan.

“Kerajinan yang saya buat ini sesuai pesanan dan jumlah, jika jumlah yang dipesan banyak, maka saya menambah pekerja, sesuai keahliannya, hal ini untuk mempercepat pembuatan pesanan kerajinan,” ujar Katarina di rumah sekaligus tempat usahanya, Kamis, 7 April 2022.

Disinggung harga kerajinannya, Katarina mematok harga mulai Rp10 ribu hingga Rp100 ribu per item, tergantung ukuran dan kesulitannya.

Diakui, di awal tahun hingga pertengahan tahun 2021 kerajinannya sepi pemesan, namun di akhir tahun 2021, hingga saat ini, kerajinannya mulai banyak pesanan.

“Alhamdulillah, dengan kreasi kerajinan yang saya buat, omset paling besar yang pernah saya dapat yakni sekitar Rp400 juta, itu di hitung selama satu tahun. Selain itu, kerajinan saya sudah dipasarkan hingga Jawa Barat, Bali, bahka ke Kalimantan,” imbuhnya.

Baca Juga  Harga Mahal, Warga Jahit Masker Sendiri

Dengan melibatkan ibu-ibu sekitar, hasil penjualan kerajinan milik Katarina yang di beri label “D-Recy” ini mampu menambah pemasukan bagi kaum emak-emak itu. Salah satunya diungkapkan Endang, pekerja asal Triwung Lor. Ia mengaku, senang bekerja di kerajinan milik Katarina, selain mendapat ilmu baru, yang pasti juga mendapat pemasukan tambahan.

“Saya sudah empat tahun bekerja di sini. Sebelum bekerja, saya terlebih dahulu menyiapkan keperluan keluarga di pagi hari, kemudian agak siang barulah saya bekerja membuat kerajinan,” ujarnya. (*)

 

Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: A. Zainullah FT

Baca Juga

Alih Status, Dua Ribuan Wanita di Probolinggo jadi Janda

Probolinggo,- Kasus perceraian di Kabupaten Probolinggo masih cukup tinggi. Sepanjang tahun 2023, Pengadilan Agama (PA) …