Kaligrafi Serbuk Kayu Laris Manis Saat Ramadan

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Bulan Ramadan membawa berkah bagi Kholili, warga Desa Jati Urip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Betapa tidak, produk kaligrafi dari limbah serbuk kayu buatannya laris manis diburu konsumen.

Kholili menuturkan, pada awal ramadan saja omset produk kaligrafi yang ia beri label ‘Seni Kaligrafi Sunan Kalijaga’ mencapai kisaran Rp. 8 juta. Rata-rata konsumen memesan kaligrafi yang berukuran besar.

“Biasanya setiap bulan ramadan meningkat pesanannya, untuk ramadan tahun ini sudah mulai ada (peningkatan). Ini saya garap pesanan dari Madura,” kata Kholili, Kamis (16/5/2019).

Salah satu seni kaligrafi berbahan serbuk kayu yang dibuat Kholili. (Foto : Kholili for P7.com).

Untuk memoles serbuk kayu menjadi produk seni kaligrafi, diawali dengan menggambar motif kaligrafi diatas kertas. Langkah selanjutnya, motif kertas dilubangi dan ditempelkan ke styrofoam. Jenis gabus ini lalu dilubangi mengikuti desain kertas.

Pola dari styrofoam kemudian diisi dengan adonan serbuk kayu yang dicampur lem. Tahap selanjutnya, cetakan serbuk kayu yang masih basah dikeringkan. Proses ini memakan waktu sekitar 7 hari, bergantung kadar panas matahari.

“Untuk serbuk kayu, mudah didapat di pusat gergajian kayu. Nah, yang sulit ini kalau cuaca tak mendukung, misalkan mendung atau hujan. Jadi kaligrafi tidak kering-kering,” terang Kholili.

Kaligrafi buatan Kholili yang laris manis diburu konsumen saat bulan ramadan. (Foto : Kholili for P7.com).

Kholili tak sendirian ‘menyulap’ serbuk kayu. Ia dibantu istri dan dua orang kerabatnya untuk mengolah serbuk kayu menjadi kaligrafi bernilai seni tinggi. “Aktifitas utama saya ngajar, baru pulang dari sekolah atau saat libur saya garap kaligrafi,” tuturnya.

Kaligrafi produk Kholili ramah lingkungan karena tanpa pewarna sintetis. Warna yang tereksplor berasal dari warna alami kayu, sehingga kesan mewah dan antik berbaur dalam kalam ilahi yang tergurat.

“Karena alami, jadi banyak yang suka. Harganya paling murah Rp 150 ribu dan paling mahal Rp 5 juta, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan,” tutur pria yang menjadi tenaga pendidik di SMKN I kotaanyar ini.

Baca Juga  Jelang Yadnya Kasada, Okupansi Hotel Bromo Tembus 80 Persen

Sejak dirintis hingga kini, Kholili lebih banyak memasarkan produk secara online. Sebagian kecil dipasarkan melalui pameran dan transaksi langsung. “Penjualan manual lama lakunya, kalau online cepat, bisa tembus ke Jawa Barat dan Bali,” tandas Kholili. (*)

 

Penulis : Mohamad Rochim
Editor : Efendi Muhammad

Baca Juga

Demi Hadiri Haul Kiai Hasan Genggong, Pemuda ini Rela Jalan Kaki Puluhan Kilometer

Probolinggo,- Pesantren Zainul Hasan (PZH) Gengggong Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, menggelar haul KH. Muhammad Hasan Genggong …