Rayakan Karo, Warga Tengger Tampilkan Tari Sodoran

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo Selasa (28/8/2019) hari ini sedang merayakan Yadnya Karo. Perayaan hari raya di bulan kedua (Karo) itu merupakan wujud rasa syukur warga Tengger terhadap leluhur.

Yadnya Karo selalu diwarnai Tari Sodoran. Pada tahun 1940 Saka (2018 Masehi) ini Tari Sodoran digelar di Balai Desa Wonotoro Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo.

Tari Sodoran hanya digelar di tiga desa di Kecamatan Sukapura yakni, Wonotoro, Jetak, dan Ngadisari. Lokasinya bergiliran tiap tahun, dan pada tahun ini sebagai tuan rumah Desa Wonotoro.

Sodoran sendiri, menceritakan makna yang terkandung dalam Karo. Dalam tarian ini, para penari yang semuanya laki-laki menggunakan sarak (tanduk kerbau) dan sodor (tongkat dari bambu). Jumlah penari dalam tari sodoran ini, pertama satu orang, kemudian dua orang, hingga bisa mencapai enam orang, dengan diiringi gamelan Jawa.

Tari Sodoran merupakan ritual sakral yang melambangkan pertemuan dua bibit manusia yakni, laki-laki dan perempuan. Dari keduanya, dimulailah kehidupan alam semesta.

Dalam tarian itu, masing-masing penari membawa sebuah tongkat bambu berserabut kelapa yang di dalamnya terdapat biji-biji palawija. Sebelumnya, para pengantin itu mengikuti ritual memohon izin punden atau restu pemilik makam. Setelah itu, pengantin diarak menuju balai Desa Wonotoro.

Namun sebelum Tari Sodoran dilaksanakan, terlebih dulu dilakukan pembacaan mantra. Kemudian Jimat Kelontongan dimandikan diiringi dengan Tari Sodoran, sebagai bagian terpenting dari rangkaian upacara Karo. Jimat Kelontongan merupakan sekumpulan benda keramat.

Upacara dilanjutkan dengan ritual Tumpeng Gede sebagai wujud perasaan syukur dangan hasil panen yang melimpah dan dianugerahi tanah yang subur. Tumpeng-tumpeng tersebut dikumpulkan dari warga, lalu dimantrakan oleh dukun adat desa setempat dan dibagi-bagikan kepada warga digunakan sebagai sesandingan. Ritual Sesandingan inilah menjadi pamungkas dari Yadnya Karo.

Baca Juga  PKB-Nasdem Kuasai Dapil 2, 3 Petahana ke Senayan

Camat Sukapura, Yulius Christian mengatakan, tradisi Sodoran ini sudah menjadi jiwa warga Suku Tengger. Dan itu harus dihidupkan selamanya hingga anak cucu nanti.

“Ini sudah menjadi tradisi rutin turun temurun dari warga Suku Tengger, yang dilengkapi dengan sesaji yang dibutuhkan. Banyak ritual yang harus dilakukan oleh warga Tengger, termasuk tradisi upacara Karo kali ini,” kata Yulius. (*)

 

 

Penulis: Rahmad Soleh

Editor: Ikhsan Mahmudi

Baca Juga

Wartawan Lumajang Turun ke Jalan Tolak RUU Penyiaran, Sampaikan 5 Tuntutan ini

Lumajang,- Puluhan wartawan yang teegabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan …