PROBOLINGGO- PANTURA7.com, Memasuki akhir tahun, peternak lebah madu di Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, mulai resah. Hal ini tak lepas dari pergantian musim produksi madu, dari musim panen ke musim paceklik.
Musim paceklik madu di kawasan lereng Gunung Bromo ini dimulai sejak awal Desember hingga bulan Mei tahun berikutnya. Saat musim paceklik, lebah kesulitan mendapatkan bunga tanaman sehingga mereka susah payah untuk bertahan hidup. Dampaknya, banyak lebah mati atau berinvasi ke daerah lain.
“Sekarang memasuki bulan paceklik, sampai 6 bulan kedepan. Peternak sudah mulai beli gula, tujuannya agar lebah dapat bertahan hidup karena bunga gak ada. Jadi selama paceklik, tidak ada madu, kalaupun ada itu stok waktu musim panen,” papar Misnandi, peternak lebah di Desa Negororejo Kecamatan Lumbang, Minggu (26/11/2017).
Dengan memberikan 4 gelas gula dalam tiap kotak sarang lebah, kata Misnandi, dapat membantu lebah bertahan hidup. Dengan demikian, peternak pun tetap dapat panen madu meski hasil produksi anjlok hingga lima kali lipat dibanding hasil panen sebelumnya.
“Cara ini membuat kami tetap bisa panen, meski hasilnya merosot. Dalam 200 kotak lebah kami biasanya menghasilkan 1 ton madu setiap panen, saat musim paceklik hanya 3 sampai 5 kwintal saja,” tandasnya.

Gula pasir membantu lebah bertahan hidup saat musim paceklik. (dok).
Sebagai konsekuensi, peternak lebah menurut Misnandi, harus menyediakan gula pasir hingga 6 ton untuk 200 kotak lebah selama 6 bulan musim paceklik. Namun ia mengelak jika cara ini membuat peternak lebah justru merugi. “Kalau rugi tidak, hanya saja kami gak ada penghasilan,” tambahnya.
Ditempat terpisah, Camat Lumbang, Bambang Heriwahyudi mengatakan pemerintah daerah akan berupaya agar produksi madu di kawasan tersebut terjaga kuantitas dan kualitasnya saat musim paceklik. Salah satu caranya, yakni dengan menggalakkan penanaman bunga matahari, pohon markisa, dan pohon kaliandra yang memiliki siklus bunga sepanjang tahun.
“Harus dijaga, karena madu Lumbang memasok sepertiga produksi peternak madu nasional. Kebutuhan madu nasional antara 3500 – 4000 ton, namun baru tercukupi 1000 – 1500 ton, sisanya masih impor. Sementara disini ada 240 peternak dengan produksi madu mencapai 500 ton per tahun.” tandas Bambang. (guf/arf).
Tinggalkan Balasan