BERJEJER: Puluhan grabah jadi hasil tangan Wahidin (66), pengrajin asal Desa Alaskandang, Besuk, Probolinggo (Foto: Ainul Jannah).

Perajin Gerabah Alaskandang Melawan Perkembangan Zaman

Besuk,- Masyarakat Kabupaten Probolinggo memiliki beragam kekayaan budaya yang tetap lestari meski zaman mengalami modernisasi. Salah satunya adalah kerajinan gerabah.

Sentra pembuatan gerabah di Kabupaten Probolinggo terletak di Desa Alaskandang, Kecamatan Besuk. Saking banyaknya warga yang bekerja sebagai perajin gerabah, desa ini bahkan dijuluki sebagai Kampung Gerabah.

Keterampilan pembuatan gerabah yang dimiliki warga Desa Alaskandang didapat secara turun-temurun. Seperti yang dilakukan Wahidin (66), perajin gerabah di Desa Alaskandang.

Wahidin menuturkan, ia belajar membuat gerabah saat masih berumur 11 tahun. Ia belajar langsung dari kedua orangtuanya, yang memang merupakan perajin gerabah.

“Ya dulu waktu mau remaja, saya memang sudah bantu orang tua buat gerabah ini, dari selesai sekolah sampai sekitar pukul 15.30 WIB. Setelah itu, saya harus ngaji,” ujar pria lanjut usia (lansia) yang kerab disapa Hidin ini, Selasa (24/5/22).

Berbekal pengetahuan dari orang tua, ia lantas memproduksi gerabah sendiri sejak lulus dari bangku Sekolah Dasar (SD). Saat ini, Hidin sudah sangat mahir membuat gerabah

“Setelah lulus SD saya langsung disuruh orang tua untuk produksi gerabah sendiri menggunakan modal dari orang tua. Sejak itu saya membuat gerabah secara terpisah dengan orang tua,” ceritanya.

Dari penghasilan sebagai perajin gerabah, Hidin akhirnya bisa menikah dengan biaya sendiri. Tidak hanya itu, ia juga mampu menopang ekonomi keluarga, termasuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.

“Alhamdulillah saya mampu membiayai anak saya kuliah (dari hasil penjualan gerabah,” ujar Hidin bangga.

Ditengah gempuran produk rumah tangga modern, nyatanya gerabah buatan Hidin masih bisa bersaing. Terbukti, gerabah Hidin dan juga warga Desa Alaskandang lainnya, mampu menembus pasar luar daerah.

Baca Juga  BPBD Kota Probolinggo: Waspadai Angin Kencang

“Produksi gerabah milik saya ini juga dikirim hingga keluar daerah. Diantaranya ke Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Lumajang dan Banyuangi,” ia menambahkan.

Menurut Hidin, harga gerabah berukuran kecil dibanderol Rp 2 ribu per biji dan Rp 3 ribu untuk ukuran sedang. Sementara, gerabah ukuran besar, dijual seharga Rp 5 ribu per biji. “Dalam sehari, saya bisa membuat 150 sampai 200 gerabah,” ujar dia.

Untuk membuat ragam gerabah seperti piring, kendi, tempayan hingga pot, Hidin dibantu oleh 4 orang karyawan dan anaknserta istrinya. Peran masing-masing orang pun berbeda, mulai pencetakan, pengeringan hingga pembakaran.

“Kalau cuaca cerah ya lancar, tetapi kalau cuaca mendung ya terpaksa kami harus berhenti cetak karena menunggu pengeringan selesai. Kalau dilanjut mencetak, khawatir nantinya rusak karena tidak ada terik matahari,” Hidin memungkasi.

Esitor : Efendi Muhammad
Publisher : Zainul Hasan R

Baca Juga

Harga Daging Ayam di Lumajang Meroket, Capai Rp40 Ribu/Kg

Lumajang,- Harga daging ayam di Kabupaten Lumajang, terpantau mengalami kenaikan signifikan. Bahkan harganya jadi yang …