Berkat Mie Telor Gulung, Berjaya di Tanah Rantau

Menjadi perantauan tak membuat Zainuddin (28) warga Kabupaten Sampang Madura, patah arang. Sebaliknya, ia sukses menopang hidup berkat kreatifitasnya mengolah dan menjajakan Mie Telor Gulung. Seperti apa kisahnya?

Laporan : Moh. Ahsan Faradies

Zainuddin tak menyangka, tekadnya mengadu nasib dari pulau garam ke tanah jawa berbuah manis. Zainuddin meninggalkan kampung halamannya sejak 3 tahun lalu dan memilih Kabupaten Probolinggo, tepatnya Kota Kraksaan sebagai ‘ladang perjuangan’.

Dengan mengontrak sebuah rumah sederhana di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kraksaan, Zainuddin lantas memulai usaha Mie Telor Gulung, makanan tradisional yang dikemas moder. Jajanan ini ia jajakan di sekitar wilayah Kraksaan, dari pagi hingga malam hari.

Tak disangka usaha kecil yang ia rintis memberikan keuntungan yang lumayan besar. Satu paket Mie Telor Gulung dijualnya seharga Rp. 1000, pertusuk. Keuntungan yang ia peroleh dari jajanan ini mencapai Rp 700 ribu sampai Rp. 1 juta perhari.

Untuk membuat Mie Telor Gulung, Zainuddin hanya menyiapkan telor, tusuk yang terbuat dari lidi dan mie dan sosis. Sejak pukul 7.00 Wib ia menjajakan dagangan dan baru pulang sekitar pukul 22.00 Wib setiap harinya. Dalam rentang sekitar 15 jam, 500-700 tusuk Mie Gulung Telor terjual.

“Ya keliling setiap harinya, kalau pagi ke sekolahan dan siangnya keliling ke rumah-rumah warga, baru sore hingga malam hari di Pasar Semampir. Paling banyak pembelinya ya di sini ini (Pasar Semampir, red),” kata Zainuddin, Minggu (13/10).

Proses pembuatan Mie Telor Gulung yang dijajakan setiap malam di Pasar Semampir, Kraksaan. (Foto : Moh Ahsan Faradies).

Inisiatif membuka dagangan, menurut Zainuddin, setelah dirinya mengetahui kalau di wilayah kota Kraksaan minim orang yang berdagang mie telor keliling. Haal itu sangat jauh berbeda dengan tempat tinggalnya (Sampang).

“Kalau di Sampang mie telor gulung sudah banyak yang jualan, tapi setelah sampai di Kraksaan malah jarang. Akhirnya saya nyoba, eh malah banyak pembelinya,” ujar pria dengan satu anak ini.

Baca Juga  Sudah Zamannya Buku dan Pena Menjadi Gadget

Lanjut Zainuddin, dagangannya laris manis terutama saat Sabtu malam atau yang biasa disebut malam minggu. Saat malam minggu, ia 700 hingga 800 tusuk mie telor gulung. Hasil jualan ini, lebih dari cukup untuk menafkahi istrinya Subaidah (24) dan anaknya, Zaki (5).

“Kalau malam Minggu sudah pasti habis, kalau hari biasa kadang sisa mie-nya saja. Tiap tusuk saya pisah, ada tusukan yang diisi telor puyuh ada yang diisi sosis, nanti tergantung permintaan dari pembeli, mau yang puyuh apa sosis,” jelas dia.

Selain murah, tutur Zainuddin, faktor lain yang membuat mie telor gulung buatannya jadi primadona karena rasanya yang khas. “Gurih dan harum, saya jamin berbeda dengan mie gulung telor lainnya,” sesumbarnya. (*)

Baca Juga

Perebutan Suara Milenial dan Pergeseran Media Kampanye

Oleh: Etik Mahmudatul Himma, SH “Generasi Milenial dan Gen Z, jumlahnya lebih dari 113 juta pemilih …