Penyimpangan Informasi Media Sosial Dikala Pandemi Covid-19

Kiriman : Rizki Lestari H.A*


Sejak kasus Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia hingga saat ini, informasi digital telah berubah menjadi pusat penyebaran informasi mengenai kasus Covid-19. Banyak sekali informasi dalam bentuk pesan singkat, foto, video yang disebarluaskan secara personal melalui layanan group di media sosial.

Aktifitas re-tweet atau forward message dari satu grup ke grup lainnya terjadi karena adanya keinginan untuk menjadi ‘first person’ dalam menyampaikan informasi. First person disini dianggap memberikan legalitas identitas sebagai orang yang paling up to date dan paham tentang kondisi yang sedang terjadi tanpa melalui proses filterisasi dan seleksi kebenaran.

Dengan mudah pesan atau informasi terus dikirimkan kepada khalayak umum. Alhasil, timbullah kesimpangsiuran kebenaran yang diterima oleh publik terkait informasi soal kondisi pandemi yang sedang terjadi.

Peran media sosial digital saat ini memang sangat penting dalam sistem sosial di masyarakat. Hal ini disebabkan media sosial memberikan peluang bagi siapa saja untuk terlibat langsung dalam proses distribusian informasi kepada khalayak, baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan.

Memang semua orang memiliki hak dan kebebasan yang sama di ruang publik (baca: media sosial) yang mendorong kemunculan informasi-informasi kepada publik. Tetapi terkadang justru menyebabkan terjadinya penyimpangan informasi, hanya karena keinginan semata yaitu menjadi ‘first person’ dalam sebuah kelompok sosial.

Dalam kondisi seperti ini, penyimpangan informasi banyak ditemukan dalam berita di media sosial terkait pandemi Covid-19.

Penyimpangan disini masuk didalam ranah sosialkultura dimana penyimpangan bisa terjadi yaitu ketika seseorang atau suatu kelompok bertindak diluar batas-batas aturan moral yang telah disepakati dalam sebuah institusi sosial. Bentuk penyimpangan ini banyak ditemukan saat penyampaian informasi kepada publik.

Baca Juga  KPU Tetapkan 542 DCS Anggota DPRD Kabupaten Probolinggo

Sebelum membahas lebih mengenai penyimpangan informasi media sosial, apakah kalian sebagai pembaca juga sebagai pengguna media sosial, mencari informasi ataukah hanya sebagai hiburan semata? Lantas media apa yang sering anda gunakan untuk mencari informasi terkait tentang Covid-19? apakah anda juga langsung percaya atas informasi-informasi yang telah didapat ?

Apakah anda juga dapat mengidentifikasi mengenai informasi-informasi tersebut ? Dari beberapa survei yang di lakukan penulis, terbukti bahwa media sosial banyak di gunakan seseorang untuk mencari informasi. Para pengguna medsos menerima informasi mengenai perkembangan Covid-19 yang sedang terjadi saat ini dan mereka pun menyadari bahwa antara berita hoaks dan fakta sangatlah seimbang.

Sehingga keseimbangan inilah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan informasi di medsos. Beberapa pengguna medsos cenderung menjadi pemicu terjadinya penyimpangan informasi juga dapat memunculkan ambiguitas terhadap pemberitaan kasus Covid-19 ini.

Tetapi pada dasarnya masyarakat atau publik sangatlah membutuhkan informasi -informasi yang bersifat fungsional. Tapi banyak sekali ruang-ruang ambigu yang tercipta akibat penyimpangan informasi yang terjadi, yang justru menurunkan kepercayaan publik terhadap kebenaran infomasi yang disampaikan via medsos.

Maka dari itu, untuk menghindari terjadinya penyimpangan informasi yang semakin meresahkan saat pandemi ini, maka tiap-tiap orang setidaknya harus mempunyai kesadaran diri (self-consciousness) dalam menyebarkan informasi – informasi terkait dengan pandemi Covid-19.

Tidak hanya itu, filterisas informasi yang diterima dari orang lain atau media tidak langsung disebarluaskan. Itulah langkah yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan informasi. Semua orang harus sadar bahwa kita tidak hanya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tetapi juga harus memutus penyimpangan informasi di media sosial.

Namun kita semua harus yakin pada sebuah asumsi bahwa media sosial tidak hanya menjadi ‘ladang’ penyimpangan informasi, tetapi kita sendiri pun juga menjadi pelaku atas timbulnya penyimpangan informasi tersebut. (**)

Baca Juga  Ketahanan Pangan di tengah Wabah Covid-19

*Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang

Baca Juga

Perebutan Suara Milenial dan Pergeseran Media Kampanye

Oleh: Etik Mahmudatul Himma, SH “Generasi Milenial dan Gen Z, jumlahnya lebih dari 113 juta pemilih …