Menu

Mode Gelap
Innalillahi! Mr. X Ditemukan Membusuk di Jalur Pendakian Gunung Arjuno Top! Jember Marching Band Sabet 5 Emas di Kejuaraan Dunia Malaysia Kala Khofifah Turun Ke Sungai Legundi Probolinggo, Bersihkan Sampah Bersama Warga Finis di Posisi Tiga, Jember Raih 11 Medali di MTQ XXXI Jawa Timur Polisi Tetapkan 5 Tersangka Pengeroyokan di Gondang Wetan Pasuruan, Seluruhnya Pelajar Warga 4 Desa Bergotong Royong Bangun Akses Baru di Senduro Lumajang

Pendidikan · 10 Jan 2020 06:00 WIB

Belajar di Tenda, Siswa-Siswi SDN Gunggungan Lor: Gerah


					Belajar di Tenda, Siswa-Siswi SDN Gunggungan Lor: Gerah Perbesar

PAKUNIRAN-PANTURA7.com, Hampir sepekan ini siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunggungan Lor No 23, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di tenda darurat. Hal ini terjadi karena ruang kelas atapnya ambrol dan sebagian kelas rawan ambruk.

Meski proses KBM tetap berjalan, namun siswa-siswi SDN Gunggungan Lor ingin secepatnya kembali belajar di dalam kelas. Sebab bejalar di tenda darurat membuat mereka merasa kepanasan

“Gerah, panas terus-terusan di tenda. Kalau hujan, suruh pulang sama pak guru,” kata Ahmad Davi (11), siswa Kelas IV SDN Gunggungan Lor, Jum’at (10/1/2020).

Davi dan 22 siswa-siswi SDN Gunggungan Lor lainnya, mengikuti KBM sebagaimana biasanya. Mereka masuk kelas sejak pukul 7.00 Wib dan pulang sesuai dengan peraturan yang dibuat sekolah sebelumnya.

“Masuk ke kelas seperti sebelum belajar di tenda. Pelajaran yang diikuti juga sama dengan sebelumnya,” tutur Davi.

Kepala SDN Gunggungan Lor, Adri mengatkan, semua anak didiknya dari kelas 1 sampai kelas 6, belajar diluar karena rang kelas yang selama ini digunakan untuk kegiatan KBM membayakan bagi keselamatan mereka.

“Ada dua ruang kelas yang atapnya sudah ambruk, jadi tidak memungkinkan jika digunakan sebagai tempat belajar. Ruang kelas lainnya, pondasinya patah dan tembok retak-retak, sebagai antisipasi maka KBM kami pindahkan keluar kelas,” Adri memaparkan.

Tenda darurat yang didirikan, jelad Adri, merupakan tenda pengungsian milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo.

“Kita laporkan kondisi kelas disini sehingga BPBD membuat tenda untuk kegiatan belajar,” jelasnya.

Adri menyebut, selain faktor alam berupa hujan deras yang disertai angin kencang pekan lalu, hal lain yang membuat sekolahnya ambruk dan tak layak huni adalah faktor usia.

“Sekolah dibangun pada tahun 1982, dan setelahnya hanya direhab ringan. Jadi wajar atap ambrol dan rawan roboh karena kayu-kayu sudah lapuk, terlebih terkena hujan angin,” tandasnya. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 36 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Dulu Hanya Makan Sekali Sehari, Kini Siswa SD Ini Bisa Makan Dua Kali Berkat Program MBG

29 Agustus 2025 - 18:50 WIB

Polinema Jadi Harapan Baru Lumajang Cetak SDM Berdaya Saing Global

28 Agustus 2025 - 16:34 WIB

Tanpa Tunggu Tahun Ajaran Baru, Sekolah Rakyat di Jember Terima Siswa Sepanjang Tahun

1 Agustus 2025 - 16:59 WIB

Demi Sekolah, Siswi SD di Lumajang Terjatuh Saat Digendong Ayahnya Seberangi Lahar Semeru

1 Agustus 2025 - 16:31 WIB

Kurang Diminati, Pemkab Probolingggo Bakal Tutup SDN Warujinggo 2

18 Juli 2025 - 16:06 WIB

Miris! SDN Warujinggo 2 Probolinggo 2 Tahun Gagal Dapatkan Siswa Baru

17 Juli 2025 - 09:29 WIB

Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kota Probolinggo, Dipantau Langsung Gubernur Khofifah

14 Juli 2025 - 19:54 WIB

Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kota Probolinggo, Siswa Ikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

14 Juli 2025 - 12:49 WIB

Sekolah Rakyat Segera Dimulai, Asrama dan Ruang Kelas Dikenalkan

11 Juli 2025 - 04:47 WIB

Trending di Pendidikan