Bocah Belia Itu Tinggal di ‘Gubuk Derita’ Bersama Neneknya

TONGAS-PANTURA7.com, Istilah “Gubuk Derita” tidak hanya sebatas judul lagu dangdut yang dilantunkan penyanyi Yusnia. Hal itu dirasakan oleh seorang bocah “bau kencur” yang hidup bersama neneknya yang lanjut usia (lansia).

Kemalangan demi kemalangan dialami Siti Hotija (13), warga Desa Tongas Wetan, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. Di usianya yang masih belia, satu per satu orangtuanya meninggal dunia sehingga ia menyandang predikat yatim piatu.

Hotija kini tinggal bersama neneknya, Natik (85) di sebuah rumah yang jauh dari kata layak. Sebuah gubuk bambu kecil berukuran sekitar 5 x 4 meter persegi.

Ditemui di rumahnya, Jumat (19/6/2020), Hotija didampingi neneknya kemudian bercerita ihwal dirinya tinggal bersama sang nenek. Awalnya, sang ibu, Sunaifa meninggal dunia saat ia masih di bangku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Kesedihannya bertambah karena belakangan, ayahnya, Dimo, juga meninggal dunia. “Bapak meninggal sekitar dua tahun lalu,” katanya.

Hotija dan kakaknya, Siti Aminah (15) pun tidak lagi meneruskan pendidikan formalnya di sekolah karena alasan ekonomi. Selain itu mendiang ayahnya semasa masih hidup tidak mengizinkan, keduanya meneruskan sekolah.

“Kata bapak saya, kami tidak boleh bersekolah karena takut tertabrak motor,” kata Hotija polos.

Akibatnya, Hotija hanya mengenyam pendidikan di PAUD. Sedangkan kakaknya yang berhenti di kelas 3 SD, sekarang menjadi pembantu rumah tangga di Surabaya.

Meski hanya tamat PAUD, Hotija bisa baca tulis lantaran diajari kakaknya, yang protolan SD itu. “Sebenarnya, saya kepingin sekolah biar seperti teman-teman lainnya. Saya juga kepingin sukses, punya rumah,” katanya berkaca-kaca.

Hotija dan neneknya sebenarnya khawatir tinggal di gubuk sederhana itu. Soalnya, gubuk bambu itu sebelumnya pernah roboh. “Sempat roboh rumah ini, lalu dapat iuran dari warga untuk dibangun lagi,” terangnya.

Baca Juga  Tempat Ibadah Perketat Protokol Kesehatan

Ia sebelumnya bertahan hidup dengan kerja menyabit rumput untuk ternak tetangganya. “Saya cari rumput untuk ternak tetangga. Nanti upahnya dibayar kalau wedus- (kambing)-nya sudah beranak,” katanya.

Sementara itu Kepala Dusun, Abdurrohman mengatakan, memang Hotija hanya tinggal bersama neneknya, yang berusia 85 tahun.

Sebelumnya waktu ibunya meninggal, Hotija sempat ikut ayahnya yang menikah lagi. Setelah ayahnya meninggal, ia masih tinggal bersama ibu tirinya.

“Baru hari raya kemarin, Hotija memilih kembali pulang dan tinggal dengan neneknya,” tuturnya.

Rohman menambahkan, Jumat siang tadi ada petugas dari Polres Probolinggo Kota (Polresta) datang ke rumah yang ditinggali Hotija dan neneknya, untuk memberikan bantuan.

“Saya tidak tahu tiba-tiba Hotija viral di media sosial. Akhirnya banyak yang ke sini,” katanya. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Rizal Wahyudi


Baca Juga

Puluhan Ribu Tiket KA Keberangkatan Daop 9 Jember Ludes

Probolinggo,- PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 9 Jember telah membuka pemesanan tiket untuk keberangkatan …