Pandemi Covid-19, Rongsokan Susah Dicari, Harga Turun

MAYANGAN-PANTURA7.com. Virus Corona (Covid-19) berdampak kepada semua kalangan masyarakat, tak terkecuali para pemulung di Kota Probolinggo. Mereka mengaku saat pandemi Covid-19 ini, selain sulit mencari barang bekas (rongsokan), harganya pun turun di tingkat pengepul.

Tetapi mereka tetap menekuni “profesi” yang selama ini dijalani demi mendapatkan sesuap nasi. Mereka keluar-masuk permukiman demi mendapatkan barang bekas yang masih bisa dijual.

Usai hari lebaran, mereka mengaku, agak terbantu lantaran banyak masyarakat yang memberikan bantuan dalam bentuk uang maupun sembako. “Manusia karung”, predikat lain pemulung masih banyak dijumpai di sudut-sudut Kota Bayuangga.

Salah satunya, Suminah (57) yang tengah mencari rongsokan di tepi jalan. Sesekali pandangan matanya ke arah lalu-lalang kendaraan yang melintas.

“Sehabis beduk biasanya saya pulang buat nimbang semua barang yang didapat hari ini,” katanya, Kamis (4/6/2020).

Sejak pagi ia sudah berkeliling mencari barang rongsokan seperti karton (kardus) bekas hingga botol plastik. Namun rupanya tak banyak yang ia dapatkan.

“Sulit sekarang cari barang bekas. Paling sehari dapat 5-10 kilogram. Itu juga kadang warga sini ada yang ke sini ngasih barang rogsoknya kepada saya. Walaupun ndak mesti setiap hari ada,” terang perempuan yang sudah enam tahun tinggal di Kota Probolinggo ini.

Bukan hanya itu yang dikeluhkannya. Harga jual barang bekas seperti karton di pengepul juga turun drastis dibandingkan biasanya. Sebelum pandemi Covid-19, ia bisa menjual sampai Rp2.000 per kilogramnya.

“Sekarang Rp1.000 per kilogramnya. Kalau sehari dapat 10 kilop ya paling dapatnya Rp10.000. Itu hasil seharian ngumpulin. Padahal sebelum ini harganya bisa sampai Rp2.000 per kilo. Ndak tahu kenapa hargane turun,” katanya.

Suminah merasa gundah karena dengan pendapatan segitu, ia harus bisa mencukupi kebutuhannya. Namun, di saat bulan Ramadan lalu, setidaknya ia bisa bernapas lega karena ada uluran bantuan dari orang.

Baca Juga  Jelang Turnamen, Pesilat Gasmi Berlatih Keras

“Waktu Ramadhan lalu banyak yang ngasih uang, kalau ndak beras. Bisa sedikit terbantu. Jadi agak sedikit untuk membeli kebutuhan lainnya,” ucapnya.

Ditanya soal pulang kampung, Suminah pasrah tak bisa pulang untuk bertemu keluarga di kampung halamannya. “Ya pengennya pulang, tapi katanya ndak boleh dulu, ya udah pasrah aja,” terangnya.

Pemulung lainnya, Harto juga mengalami kesulitan untuk barang bekas. Pandemi Covid-19 menyebabkan beberapa akses jalan di perkampungan ditutup. Jika ada hanya botol plastik air mineral yang ditimbang kadang tak sampai sekilo. Padahal botol plastik yang dikumpulkannya tersebut bisa terjual.

“Hanya bisa pasrah. Mau bagaimana lagi, hanya mencari rongsokan yang saya bisa lakukan. Dapat berapa pun pasrah aja,” ujarnya.

Ia pun mengaku, dapat berkah selama bulan Ramadan lalu. “Ya kadang pas cari botol, ada orang yang ngasih sembako, terkadang ngasih uang. Banyak kalau pas bulan puasa lalu,” terangnya. (*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Muhammad Rizal


Baca Juga

Rutinitas Tahunan, Pabrik Oli di Kota Probolinggo Salurkan Beras untuk Warga di Tiga Kelurahan

Probolinggo,- Untuk meringankan kebutuhan warga di tengah mahalnya harga beras, PT Berdikari Jaya Bersama (BJB), …