Menu

Mode Gelap
Ngebut! Pemkot Probolinggo Siapkan 4 Rombel Sekolah Rakyat Brakk! KA Ijen Ekspres di Jember Sasak Dump Truk saat Seberangi Perlintasan Kurang Hati-hati, Pelajar Tabrak Pejalan Kaki di Beji Pasuruan Sebulan, Polres Probolinggo Bongkar 17 Kasus Narkotika dan Okerbaya Perselisihan soal 1 Liter Bensin, Paman dan Keponakan Berujung di PN Lumajang Kakak-adik Maling Motor Spesialis Bobol Rumah Ditangkap Polisi, Beraksi di 21 TKP

Regional · 20 Apr 2025 14:04 WIB

Jalur Kereta Api di Lumajang Masa Kolonial, Tingkatkan Produksi dan Distribusi Komoditas Ekspor


					Peresmian KA Penumpang Lintas Kecamatan Pasirian - Klakah (Foto: Istimewa).
Perbesar

Peresmian KA Penumpang Lintas Kecamatan Pasirian - Klakah (Foto: Istimewa).

Lumajang, – Pembangunan jalur kereta api di Lumajang pada masa kolonial memiliki peran penting dalam memfasilitasi kegiatan eksploitasi sumber daya alam dan meningkatkan perekonomian wilayah. Jalur kereta api Klakah-Pasirian dibangun untuk mengangkut hasil perkebunan komoditas ekspor di wilayah Afdeeling Lumajang.

Lumajang sebagai kota tradisional dengan alun-alun sebagai pusat kota memiliki potensi besar pada sektor pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Pembangunan jalur kereta api membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengangkutan hasil panen dan komoditas ekspor.

Dengan luas wilayah sebesar 173.717,96 hektar, Lumajang memiliki struktur tanah yang subur dan potensi hidrografi yang menjanjikan. Wilayah ini juga memiliki tingkat kesuburan yang baik sehingga tingkat keberhasilan dari pengembangan berbagai komoditas pertanian dan perkebunan juga sangat tinggi.

Komoditas ekspor yang dikembangkan di wilayah Afdeeling Lumajang antara lain tebu, tembakau, dan kopi. Perkebunan-perkebunan yang terdapat di Afdeeling Lumajang ada yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Pembangunan jalur kereta api membantu meningkatkan produksi dan distribusi komoditas ekspor tersebut.

Dalam proses pendistribusian hasil panen, peran alat transportasi sangat penting. Pembangunan jalur kereta api membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengangkutan hasil panen dan komoditas ekspor. Dengan demikian, inovasi pembangunan perkeretaapian di Lumajang menjadi contoh bagaimana teknologi dapat meningkatkan perekonomian dan memfasilitasi kegiatan eksploitasi sumber daya alam.

Dengan demikian, pembangunan jalur kereta api di Lumajang memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian dan pengembangan wilayah. Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan infrastruktur transportasi dan mempromosikan pengembangan wilayah yang berkelanjutan.

Wilayah Afdeeling Lumajang memiliki potensi hidrografi yang sangat menjanjikan karena dapat diolah untuk kepentingan industri air minum, irigasi, maupun pariwisata (Basundoro, 2012, pp. 17-18).

Beberapa sungai besar di wilayah Afdeeling Lumajang yakni, Besuk Sat, Besuk Semut, Mujur, Pancing dan Bondoyudo, kelima sungai tersebut digunakan sebagai sarana pengairan di wilayah Afdeeling Lumajang dan berakhir di pantai laut selatan. Kedua, terjadinya surplus pangan.

Kondisi geografis di Afdeeling Lumajang cocok digunakan sebagai daerah pertanian dan perkebunan. Afdeeling Lumajang menjadi daerah subur karena tanahnya terbentuk dari tumpukan abu vulkanik tiga gunung aktif, yaitu Semeru, Tengger dan Lemongan.

Tumpukan abu vulkanik dari tiga gunung aktif tersebut menyebabkan tanah di wilayah Afdeeling Lumajang memiliki tingkat kesuburan yang baik sehingga cocok ditanami berbagai komoditas perkebunan yang bernilai ekspor seperti kopi, tebu, tembakau, dan teh. Selain komoditas tanaman ekspor, studi Robert E. Elson (Margana, 2022, p. 231) menyatakan bahwa wilayah Lumajang selama periode Sistem Tanam Paksa menjadi wilayah penghasil utama beras yang bahkan bisa mensuplai wilayah-wilayah di sekitarnya seperti Pasuruan dan Jember.

Selain padi, di wilayah Afdeeling Lumajang juga banyak ditanami palawija yang mencakup tanaman-tanaman sumber pangan seperti, kacang kedele, jagung, ketela, ubi, kacang tanah. Ketiga, tersedianya infrastruktur transportasi. Melimpahnya hasil perkebunan dan pertanian di wilayah Afdeeling Lumajang mendorong dibutuhkannya alat transportasi modern.

Perlahan-lahan alat transportasi mulai berperan secara ekonomis karena hasil panen secepatnya harus segera dikirim menuju tempat tujuan (pelabuhan, pasar, pabrik, dll) agar kualitas yang dimiliki oleh hasil tanam tidak menurun. Demi kepentingan pengangkutan eksploitasi tersebut kemudian Staatsspoorwegen membangun jaringan kereta api menuju wilayah hinterland Afdeeling Lumajang dengan rute Klakah-Pasirian.

Pemaparan pada paragraf di atas menggambarkan jika wilayah Afdeeling Lumajang yang mulanya merupakan kota tradisional pada akhirnya dapat berkembang menjadi kota modern. Hal tersebut dapat terjadi karena kuatnya potensi alam yang tersedia yang kemudian juga mendukung lahirnya jaringan transportasi modern berupa kereta api. Suatu wilayah yang menjadi daerah pensuplai barang ekspor pada umumnya memiliki transportasi-transportasi modern di dalamnya.

Alat transportasi yang dibutuhkan harus lebih baik daripada alat angkut yang telah ada sebelumnya, yang dapat menempuh jarak kirim dengan waktu cepat dan beban angkutan yang besar pula. Menurut data yang telah didapatkan, wilayah Afdeeling Lumajang termasuk ke dalam daerah subur yang memiliki banyak lokasi perkebunan dan pabrik, hal tersebut mendorong dibangunnya moda transportasi pengangkutan modern berupa kereta api di wilayah Afdeeling Lumajang oleh Staatsspoorwegen. Komoditas ekspor di wilayah Afdeeling Lumajang yang dikembangkan secara luas sejak paruh pertama abad ke-19, yaitu tebu (gula), tembakau dan kopi.

Pada masa pemerintahan kolonial pengaturan perusahaan kereta api negara (Staatsspoorwegen) dibagi menjadi dua wilayah yakni, Eksploitasi Lintas Barat (Exploitatie der Westerlijnen) dan Eksploitasi Lintas Timur (Exploitatie der Oosterlijnen). Jalur kereta api menuju ke Pasirian merupakan jalur kereta api lintas cabang dari jalur utama Probolinggo-Jember-Panarukan (Oosterlijnen).

Pembangunan jalur kereta api di wilayah timur Pulau Jawa (Oosterlijnen) bertujuan agar hasil tanam yang bernilai ekspor di wilayah timur Pulau Jawa dapat segera dikirim melalui pelabuhan terdekat, yakni, Panarukan dan Probolinggo. Wilayah Afdeeling Lumajang mengirim hasil panen komoditas ekspornya melalui pelabuhan Probolinggo karena lokasinya yang lebih dekat daripada pelabuhan Panarukan.

Berdasarkan Grote Bundel (G.B)6 21 Januari 1882 No. 13 mengenai perluasan jalur menuju arah timur ini membuahkan hasil bahwa rencana pembangunan jalur kereta api melewati pedalaman di sebelah selatan pegunungan Hyang lebih disetujui dibandingkan dengan jalur kereta api di sepanjang pantai utara (Perquin, 1921, p. 21-22).

Dapat dilihat pada gambar di bawah bahwasanya rute pembangunan kereta api jalur timur (Oosterlijnen) yang dipilih ialah melewati bagian selatan Pegunungan Hyang (Pegunungan/Gunung Argopuro) dengan rute Probolinggo-Djember-Panaroekan dengan jalur samping Klakah-Pasirian.

Dalam Staatsblad No. 214 Tahun 1893 dilaporkan, bahwa anggaran Hindia Belanda bab I untuk tahun dinas 1893 untuk pembangunan jalur kereta api Probolinggo melewati Klakah dan Jember sampai Panarukan dengan jalur cabang Randuagung sampai Pasirian ialah sebesar f 900.000 dan dalam bab II untuk bidang konstruksi, perlengkapan dan perluasan perkeretaapian Negara, akan ditingkatkan sebesar ƒ 750.000.

Total keseluruhan biaya pembangunan rel kereta api diperkirakan mencapai f 9.850.000, yaitu f 45.600 per kilometer (Hoevell, 1893, p. 32-33). Biaya operasi diperkirakan berjumlah f 604.800 per tahun dan penerimaan kotor menjadi f 954.600, perkiraan laba bersih yang akan didapatkan sebesar f 349.800, yaitu sebesar 3,55% dari modal konstruksi (Hoevell, 1893, p. 32-33).

Uang yang akan digunakan untuk biaya pembangunan tahun 1893 diperoleh dari hasil panen kopi di Hindia Belanda tahun 1892, karena hasil panen yang didapatkan pada tahun ini lebih banyak dari yang diperkirakan berdasarkan anggaran sumber daya alam dalam tahun 1893. Rute kereta api yang dipilih untuk menuju wilayah pedalaman Lumajang mulanya dari Randuagung namun pada tahun 1894 terjadi perubahan titik simpangan kereta api.

Simpangan yang pada mulanya berada di Halte Randuagung kemudian ditetapkan berada di Stasiun Klakah agar pengangkutan dapat dilaksanakan secara maksimal, dengan demikian rute jalur kereta api di wilayah Afdeeling Lumajang kemudian menjadi Klakah-Pasirian (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1894 No. 31, p. 378).

Rute Klakah-Pasirian dipilih karena termasuk sebagai daerah padat penduduk dan tergolong ke dalam daerah subur yang banyak menghasilkan tanaman komoditas ekspor serta banyak tersebar pabrik-pabrik pengolahan hasil tanam milik pemerintah dan swasta. Depo lokomotif juga diperlukan untuk jalur baru ini dikarenakan jarak menuju depo lokomotif yang telah tersedia terlalu jauh.

Rencana pembangunan depo lokomotif serta turntable untuk jalur ini nantinya akan didirikan di Stasiun Kalisat dan Klakah (Hoevell, 1893, p.32). Pembangunan cabang dari Klakah ke Pasirian akan lebih panjang 3 kilometer dibandingkan jalur yang dimulai dari Randuagung (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1894 No. 31, p. 378).

Biaya tambahan konstruksi diperkirakan lebih dari f 163.000 dan biaya operasi tambahan lebih dari f 11.800 per tahun (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1894 No. 31, p. 378). Menurut perhitungan kepala masinis yang bertanggung jawab atas pembangunan rel kereta api ini, ini akan diimbangi dengan penerimaan tambahan lebih dari f 19.000 per tahun, dan biaya cabang akan lebih mahal yang dengan jumlah penghasilan sebesar f 163.000 akan menjadi laba bersih sebesar dari f 7.000 (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1894 No. 31, p. 378).

Biaya yang dikeluarkan pada tahun 1894 untuk pembangunan rel kereta api dari Probolinggo melalui Klakah dan Jember ke Panarukan dengan percabangan dari Klakah ke Pasirian tercantum pada majalah De Ingenieur Orgaan tahun 1894. Gaji, tunjangan, tunjangan harian dan bulanan para insinyur dan personel lainnya, serta upah menulis dan menggambar sebesar f 306.000 (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1894 No. 41, p. 497). Biaya perjalanan dan akomodasi dan kompensasi untuk kerja lapangan sebesar f 35.000. Tambahan biaya konstruksi sebesar f1.906.000 (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1894 No. 41, p. 497).

Biaya yang dikeluarkan pada tahun 1895 untuk biaya pembangunan rel kereta api dari Probolinggo melalui Klakah dan Jember ke Panarukan dengan percabangan dari Klakah ke Pasirian tercantum di majalah De Ingenieur Orgaan tahun 1895. Gaji, tunjangan, tunjangan harian dan bulanan para insinyur dan staf lainnya, serta biaya penulisan dan gambar sebesar f 295.000 (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1895 No. 37, p. 413).

Biaya perjalanan dan akomodasi dan kompensasi untuk kerja lapangan f 27.000. Biaya konstruksi lebih lanjut f 1.541.000 (Majalah De Ingenieur Orgaan, 1895 No. 37, p. 413).

Keberadaan jalur kereta api Klakah-Pasirian tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sungai besar yang membentang di sepanjang wilayah Afdeeling Lumajang. Jalur kereta api Klakah-Pasirian dilintasi oleh tiga sungai, yaitu Kali Asem (Kunstwerk  750), Besuk Sat (Kunstwerk 61) dan Mujur (Kunstwerk 72).

Ketiga sungai tersebut merupakan aliran lahar dingin Gunung Semeru. Sungai-sungai di wilayah Afdeeling Lumajang tersebut digunakan sebagai wadah muntahan lahar dingin dari Gunung Semeru, tidak heran jika kemudian bencana alam tersebut dapat menyebabkan rusaknya jembatan berulang kali.

Pembangunan dan rekonstruksi pada bangunan dan jembatan kereta api di jalur Klakah-Pasirian terus dilakukan karena sering terjadi kerusakan akibat bencana alam banjir lahar dingin dari Gunung Semeru. (*)

 


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 1,643 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mengenal Mini Boat Racing, Lomba Perahu Mini Khas Desa Banjarsari Probolinggo

28 April 2025 - 20:59 WIB

Mengenal Lebih Dekat Sejarah Kereta Api di Lumajang, dari Masa Kolonial hingga Sekarang

26 April 2025 - 18:23 WIB

Mengenal Sejarah Transportasi Kereta Api di Lumajang pada Masa Kolonial Belanda

19 April 2025 - 12:52 WIB

Pemerintah Lumajang Dukung Usulan Pembangunan Jalan Tol Probolinggo-Lumajang

13 April 2025 - 13:21 WIB

Kereta Api Masih Favorit, Penumpang di Daop 9 Capai 117.208 Orang Selama Arus Balik

10 April 2025 - 22:04 WIB

Hadapi Puncak Arus Balik, ini Antisipasi KAI Daop 9 Jember

5 April 2025 - 20:16 WIB

Penumpang Terminal Bayuangga Tembus 70.467 Orang, Turun 10 Persen dari Tahun Lalu

5 April 2025 - 17:10 WIB

KAI Jember Siagakan Layanan Kesehatan untuk Penumpang Saat Arus Balik Lebaran

3 April 2025 - 12:38 WIB

Libur Panjang, Berikut Tips Memilih Liburan saat Lebaran

1 April 2025 - 17:30 WIB

Trending di Nasional