Menu

Mode Gelap
Satpolairud Polres Pasuruan Kota Tempati Gedung Baru di Panggungrejo Fisik Terbatas tak Halangi Para Tunanetra Unjuk Kebolehan di MTQ Jatim XXXI Jember Parkir di Selatan Alun-alun Kota Probolinggo, Motor Matic Raib Residivis Ditangkap Usai Satroni Sekolah dan TPQ Pasca Laka Maut di Jalur Bromo, Usulan Pembangunan Jalur Penyelamat Menguat Kantor KUD di Beji Pasuruan Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Religi & Pesantren · 4 Des 2023 08:37 WIB

Saat Warga Difabel ‘Curhat’ Soal Hukum Fiqih Disabilitas di Pesantren Zainul Hasan Genggong


					CURHAT: Suasana gayeng tersaji dalam diskusi fiqih disabilitas yang digelar di P5 Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. (foto: Ali Ya'lu). Perbesar

CURHAT: Suasana gayeng tersaji dalam diskusi fiqih disabilitas yang digelar di P5 Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. (foto: Ali Ya'lu).

Probolinggo,- Sejumlah warga berkebutuhan khusus di Kabupaten Probolinggo menggelar diskusi publik tentang hukum fiqih disabilitas, Minggu (3/12/23). Kegiatan ini digelar di halaman SMP 1 Pesantren Zainul Hasan Genggong, Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan.

Diskusi ini, langsung dikomandoi oleh dewan Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, Gus dr. Moh. Haris Damanhury atau Gus dr. Haris.

Diskusi santai ini pun berjalan seru. Terbukti, banyak warga disabilitas yang mengajukan pertanyaan seputar hukum-hukum Islam.

Wahyu Purnomo, penyandang disabilitas netra ini bertanya terkait hukum salat. Dirinya yang mengalami tuna netra tentu tidak bisa melihat.

Suatu waktu, ia melaksanakan salat, tanpa disadarinya terdaoat kotoran cicak di tempat sujudnya. Sehingga kotoran itu menempel pada dahinya selepas dia berdiri dari sujudnya.

“Jadi setelah sholat baru terasa kalo ada kotoran cicak. Kok bau gini. Hukumnya gimana kalau begitu,” curhat Purnomo.

Selain pertanyaan itu, ada juga warga disabilitas lain yang mengajukan pertanyaan perihal dirinya jika menjadi imam salat.

Sedangkan dirinya tidak bisa duduk dan berdiri dengan sempurna lantaran keterbatasan kondisi fisiknya.

Ada juga yang menanyakan perihal hukum salat jumat. Sebab di masjid tidak ada yang memberikan layanan inklusif. Sehingga mereka sulit untuk melakukan salat dengan baik.

Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab satu per satu oleh pemateri. Jawabannya pun disampaikan dengan luwes berdasarkan hukum dari berbagai mazhab dan pendapat ulama.

“Antusias saudara kami luar biasa. Mereka menanyakan berbagai hal berdasarkan pengalaman mereka tentang hukum-hukum Islam untuk menyempurnakan ibadah mereka,” tutur Gus Haris. (*)

 

 

Editor: Ikhsan Mahnudi

Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Fisik Terbatas tak Halangi Para Tunanetra Unjuk Kebolehan di MTQ Jatim XXXI Jember

16 September 2025 - 17:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Meriahnya Pembukaan MTQ XXXI Jatim di Jember, Diwarnai Pertunjukan Drone dan Tari Taksu Ilahi

14 September 2025 - 06:57 WIB

MTQ Jawa Timur XXXI di Jember Resmi Dibuka, Disebut Setara Even Nasional

14 September 2025 - 06:33 WIB

Berkah Even MTQ Jawa Timur 2025, Hunian Hotel di Jember Melonjak

13 September 2025 - 08:48 WIB

Belasan Tahun Berlatih Tilawah, Istiqamah dan Doa Guru Jadi Bekal Herman di Panggung MTQ Jawa Timur 2025

13 September 2025 - 07:29 WIB

Dinkes Jember Siapkan 175 Tim Medis untuk Sukseskan MTQ XXXI Jawa Timur 2025

12 September 2025 - 19:11 WIB

Jelang Konfercab NU Kraksaan, Desakan Reformasi Pengurus Terjerat Pusaran Korupsi Bermunculan

12 September 2025 - 16:58 WIB

Mengenal Gus Hafid dari Ponpes Nurul Qodim, Kiai Muda Sejuta Potensi Harapan Nahdliyin

11 September 2025 - 19:44 WIB

Trending di Religi & Pesantren