Pagar Nusa Genggong Orbitkan Pendekar Tangguh Melalui Sabuk Kuburan

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Pagar Nusa (PN) Komisariat Genggong Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, untuk pertama kali menggelar diklat pendekar. Diklat ini menjadi kawah candradimuka sebelum santri jadi pendekar dan masuk dalan keanggotaan pesilat Pagar Nusa.

Ketua pelaksana diklat, Alfian Sifen menjelaskan, diklat digelar di Desa Tambelang, Kecamatan Krucil, pada Sabtu-Minggu (27-28/7). Sebanyak 50 peserta yang seluruhnya berstatus santri Pesantren Zainul Hasan Genggong, ditempa panitia.

“Seluruh peserta berkumpul di halaman P5 Pesantren untuk mempersiapkan kebutuhan dan kelengkapan. Di lokasi, kita siapkan tenda berukuran 10×5 meter persegi dan tikar untuk istirahat dam tidur,” kata Sifen, Rabu (31/7).

Pada hari pertama, peserta jelas Sifen, disuguhi sejumlah pemaparan tentang perguruan dan arti menjadi seorang pendekar. “Itu materi dasar untuk memupuk sikap dan jati diri peserta. Supaya, setelah mahir tidak sombong,” jelasnya

Yang paling memacu adrenalin, lanjut Sifen, yakni saat peserta diwajibkan mengambil sabuk hijau di tengah kuburan umum satu persatu saat dinihari. Jarak tempuhnya sekitar 1 kilometer dari lokasi diklat.

“Melewati hutan dan sawah tentunya. Tapi tanpa sepengetahuan mereka, panitia memantau dari kegelapan secara diam-diam. Khawatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan,” tutur pria asal Bondowoso ini.

Para santri Pesantren Zainul Hasan Genggong saat mengikuti diklat Pagar Nusa di Desa Tambelang, Kec. Krucil. (Foto : Moch. Rochim).

Dikatannya, setiap peserta diberi tenggat waktu selama 15 menit dengan keberangkatan peserta sebelumnya. Mereka mencari sabuk itu tanpa dibantu alat penerang sedikitpun, melainkan sekedar modal keberanian dan sesuai arahan panitia.

“Tak sedikit dari mereka yang pulang dengan kondisi baju penuh lumpur, gara-gara nyebur sawah,” ungkap Sifen seraya menahan tawa.

Sifen menceritakan, ada kejadian lucu saat proses pengambilan sanuk. Ada salah satu peserta, Zainul Hasan, yang lari terbirit-birit usai mengambil sabuk di kuburan. Menurut penuturannya, ia melihat sesosok makhluk halus tepat di hadapannya.

Baca Juga  November, CJH 2024 di Kab. Probolinggo Mulai Jalani Tes Kesehatan

“Saat dia lari, panitia yang memantau dari jauh langsung mengejarnya. Khawatir ia lari dan masuk ke tengah hutan,” tutur Sifen.

Pengambilan sabuk di kuburan, imbuhnya, menjadi pelatihan paling menantang, yang bertujuan menguji keberanian mental dan batin setiap peserta. Sementara teknik bertarung satu lawan satu, untuk menguji keberanian fisik peserta.

“Kalau dhohir dan batin sudah siap. Artinya mereka siap untuk membela agama dan negara nanti. Dengan memupuk mental dan keberanian peserta sejak dini, diharapkan bisa menjadi pendekar pemberani yang siap membela agama dan NKRI,” harap Sifen. (*)

 

Penulis : Moch. Rochim
Editor : Efendi Muhammad

Baca Juga

Keluarkan Maklumat, MUI Kabupaten Probolinggo Larang Patrol Sahur

Probolinggo,- Dalam rangka datangnya bulan Ramadan 1445 H, Dewan Pimpinan (DP) Majelis Ulama Indonesia (MUI) …