Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Kritik Selokambang Tetap Kotor Penahanan Ijazah Karyawan Jadi SOP di Koperasi Lumajang, Bupati Indah Minta Segera Dikembalikan Gerbong Mutasi Perdana era Gus Fawait Bergulir, 20 Pejabat Eselon II Digeser Wali Kota Pasuruan Susur Sungai, Disangka Cari Balita Hilang Gubernur Khofifah Bagi-bagi Duit di Probolinggo, Nilai Total Rp 10 Miliar Pemkab Jember Siapkan 8 Ribu Kuota Beasiswa Kuliah, Termasuk Biaya Hidup

Budaya · 15 Des 2022 00:23 WIB

Melihat Keseruan Balapan Pelepah Pisang Diatas Lumpur, Seperti Apa? 


					Melihat Keseruan Balapan Pelepah Pisang Diatas Lumpur, Seperti Apa?  Perbesar

Krejengan,- Berbagai cara dilakukan sejumlah remaja di Kecamatan Krejengan, KabupatenProbolinggo untuk memotivasi para tunas bangsa. Salah satunya, dengan cara main lumpur ditengah sawah.

Ide sederhana namun penuh edukasi itu dilakukan sejumlah pemuda yang tergabung dalam komunitas Negeri Dolanan Anak Desa (Ndonesa). Main lumpur digelar di Desa Jati Urip, Kecamatan Krejengan, Rabu (14/12/22).

Inisiator Komunitas Ndonesa, Khoirul Umam menyebut, main lumpur di sawah bertujuan untuk mengurangi ketergantungan anak-anak Desa Jatiurip dengan gadget atau handphone (HP).

“Setidaknya, anak-anak yang ikut bermain saat ini mengurangi jam bersama HP. Juga bertujuan untuk memberitahu anak bahwa banyak permainan zaman dulu yang menyenangkan dan bernilai positif,” katanya.

Umam mengatakan, permainan ini ia sebut Tanah Air Memanggil. Artinya, tanah yang tercampur dengan air berubah menjadi lumpur, yang kemudian menjadi sarana bermain asyik.

“Saya sebut acara itu dengan Tanah Air Memanggil atau lumpur memanggil untuk bermain bersama. Jadi anak-anak yang bermain di tengah sawah berlumpur itu bermain balapan satu sama lainnya,” ungkap dia.

Sistem permainan itu, dijelaskan Umam, dalam satu kelompok terdiri dari 5 anak. Kemudian mereka balapan dengan menaiki pelepah pisang yang ditunggangi teman satu timnya.

Terlihat, sekitar 20 anak-anak tertawa riang sambil berlari berusaha menjadi yang terdepan saat balapan dimulai. Meski harus berkotor ria, namun mereka tampak tetap asyik dan ceria.

Salah satu anak yang ikut main lumpur, Mohamad Ilham (13) mengaku amat menikmati keseruan balapan di lumpur. Meski tidak ada hadiah mewah dalam lomba itu, ia tetap merasa sangat senang.

“Ya memang tidak ada hadiahnya, tapi saya senang karena saya biasanya tidak dibolehkan sama orang tua kalau main lumpur di sawah. Tapi sekarang saya boleh main lumpur asalkan tidak sampai malam dan tidak main game di HP,” tuturnya sembari tertawa.

Tidak hanya kali ini, komunitas Ndonesa sebelumnya telah beberapa kali mengadakan lomba dan aneka permainan tradisional bagi anak-anak, baik bagi anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang sederajat.(*) 

 

Editor: Efendi Muhammad

Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 62 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Basuh Kaki Orang Tua, Tradisi Siswa di Kota Probolinggo saat Hadapi Kelulusan

19 Juni 2025 - 14:48 WIB

Segoro Topeng Kaliwungu, Harmoni Seni dan Pelestarian Alam

19 Juni 2025 - 14:11 WIB

Dihadiri Menteri Kebudayaan, Dua Dukun Pandita Dikukuhkan di Pura Luhur Poten

11 Juni 2025 - 14:37 WIB

Mengenal Sate Lanjeng, Tradisi Tahunan Santri Bani Rancang Probolinggo saat Idul Adha

10 Juni 2025 - 06:35 WIB

Ngater Kajien Iringi Keberangkatan Belasan Jamaah Calon Haji asal Pulau Gili Ketapang

25 Mei 2025 - 13:17 WIB

Desa Senduro, Permata Lumajang dalam Program Berseri: dari Alam hingga Moderasi Beragama

19 Mei 2025 - 17:20 WIB

Pradaksina, Ritual Puncak Perayaan Waisak di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga Probolinggo

13 Mei 2025 - 08:54 WIB

Pariwisata Lumajang Butuh Inklusi Pelaku Lokal, Bukan Sekadar Panggung untuk EO Luar

11 Mei 2025 - 16:10 WIB

Batu Badar Besi Semeru, Ikon Langka dari Lumajang

11 Mei 2025 - 10:26 WIB

Trending di Budaya