Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Lingkungan · 12 Nov 2023 18:59 WIB

Bibit Anggrek Mati Akibat Kemarau Panjang, Petani Pasuruan Rugi


					RUGI: Petani anggrek di Desa Sadengrejo, Rejoso, Pasuruan, Hudan Dardiri, rugi akibat bibit tanaman anggreknya kering dan mati (insert). foto: Moh. Rois) Perbesar

RUGI: Petani anggrek di Desa Sadengrejo, Rejoso, Pasuruan, Hudan Dardiri, rugi akibat bibit tanaman anggreknya kering dan mati (insert). foto: Moh. Rois)

Pasuruan,- Musim kemarau yang terus berkepanjangan, berdampak pada budidaya tanaman hias. Seperti tanaman anggrek di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, yang bibitnya banyak mati akibat suhu panas.

Petani anggrek di Desa Sadengrejo, Kecamatan Rejoso, Hudan Dardiri mengungkapkan, ribuan bibit anggrek di tiga greenhouse milik BUMDes Sadengrejo mengalami kerusakan serius. Daun anggrek mengering, batangnya layu akibat panas yang tak kunjung reda.

“Ini sudah terjadi mulai bulan Juli kemarin. Jika ditotal mungkin sudah ada seribuan anggrek yang masih dibotol-botol kecil itu mati,” ujar Hudan, Minggu (12/11/23)..

Kerugian yang dialami Hudan tak hanya sebatas pada kehilangan tanaman, namun juga secara finansial. Satu botol kecil bibit anggrek biasanya dijual seharga Rp50 ribu.

Dengan jumlah bibit anggrek yang mati mencapai ribuan, Hudan menghitung kerugiann yang ia alami hingga mencapai Rp 50 juta selama empat bulan terakhir.

“Sebelum kemarau, kami mampu mengirim 3000 hingga 4000 botol bibit anggrek kecil. Namun, sekarang jumlah pengirimannya turun drastis hingga 75 persen,” ujar Hudan.

Hudan mengungkapkan bahwa kondisi ini juga berdampak pada infrastruktur pendukung budidaya, seperti paranet atau jaring pelindung panas yang rusak akibat terik matahari.

Dalam upaya mengatasi dampak buruk kemarau, Hudan berharap ada bantuan dari pemerintah, terutama terkait penyediaan paranet untuk melindungi tanaman dari sinar matahari langsung.

“Kena panas, paranetnya banyak yang rusak meleleh. Kita butuh paranet itu agar tanaman anggrek tidak terpapar langsung oleh matahari. Sementara ini saya berusaha nambah dari segi penyiraman air agar tanaman tidak terlalu kering,” beber dia. (*)

 

Editor: Mohamad S
Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 90 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru

17 September 2025 - 20:06 WIB

Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September

17 September 2025 - 19:52 WIB

Kemarau Basah Picu Risiko Banjir Lahar Semeru, Enam Kecamatan Masuk Zona Rawan

17 September 2025 - 16:25 WIB

Mekarnya Tabebuya di Embong Kembar, Ketika Lumajang Menyulap Diri Jadi Negeri Sakura

12 September 2025 - 13:06 WIB

Longsor Tutup Jalur Lumajang-Malang, Sistem Buka-Tutup Diberlakukan

10 September 2025 - 11:42 WIB

Perkuat Jalur Gumitir, Pemasangan Beronjong di Tikungan Khokap Dikebut

27 Agustus 2025 - 03:35 WIB

Cuaca Ekstrem, BPBD Lumajang Ingatkan Hindari Kawasan Rawan Longsor dan Banjir

21 Agustus 2025 - 20:20 WIB

TRC dan Loader Dikerahkan, BPBD Lumajang Buka Akses Jalan Tertimbun Longsor

20 Agustus 2025 - 14:16 WIB

Jelang Perayaan HUT Kemerdekaan RI, Warga Protes Kerusakan Hutan di Kawasan Proyek Tol Probowangi

16 Agustus 2025 - 19:55 WIB

Trending di Lingkungan