Menu

Mode Gelap
Jalan Nasional Probolinggo-Lumajang Berlakukan Sistem Buka Tutup Selama Enam Bulan Kapolres Lumajang Perintahkan Tembak di Tempat terhadap Pelaku Kriminalitas Water Park KWT dan Selokambang Bebani APBD, DPRD Lumajang Minta Evaluasi Fraksi Gerindra Soroti Minimnya Perhatian Pemkab Lumajang terhadap Pura Mandhara Giri Semeru Agung Pulang dari Berobat, Anak Kecil di Pasuruan Terluka Saat Dihadang Begal Jalan Mulus Bukan Impian, Pemkab Probolinggo Mulai Perbaiki Jalur Krucil–Tambelang

Ekonomi · 21 Feb 2021 10:45 WIB

Kiat Perajin Pisau Bertahan di Masa Pandemi Covid-19


					Kiat Perajin Pisau Bertahan di Masa Pandemi Covid-19 Perbesar

PAJARAKAN-PANTURA7.com, Pandemi Covid-19 juga berpengaruh terhadap kehidupan para perajin di Kabupaten Probolinggo. Termasuk salah satunya, Halim, perajin pisau di Desa Selogudig Wetan, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo.

Ia mengaku, produksi pisau yang dibuat dan dijualnya juga terpengaruh pandemi Covid-19. Dari 30-40 pisau yang bisa diproduksi setiap hari kini berkurang menjadi 15 buah.

Halim berterus terang, tidak lagi berani memproduksi pisau dalam jumlah banyak seperti sebelum pandemi Covid-19. Soalnya, sejak pandemi pesanan pisau berkurang drastis.

“Kalau tidak ada yang pesan, cukup membuat 15 pisau. Tidak berani buat banyak, meskipun masih mampu membuat lebih tapi ujung-ujungnya tetap bingung mau dijual ke mana. Jadi saya membuat pisau secukupnya saja,” kata Halim, Minggu (21/2/2021).

Meskipun di masa pandemi Covid-19 sangat sulit bagi perajin pisau seperti dirinya, Halim mengaku, masih bersyukur. Ia masih tetap beruntung meski pembuatan pisau berkurang, tetapi harganya tetap tidak berubah dan tidak dikeluhkan pembeli.

“Untuk harga jual pisau bervariasi mulai dari 5 ribu sampai 15 ribu rupiah, tergantung dari ukuran dan kualitas pisaunya. Saya kan hanya membuat pisau dapur, jadinya murah-murah. Apalagi ketika dijual yang menawar ibu-ibu. Pasti tidak dilirik kalau mahal,” ungkap Halim.

Di sisi lain, sambung Halim, untuk tetap berpenghasilan lebih, dirinya sudah jarang menjajakan jualanya ke pasar. Ia juga berjualan melalui sistem online karena lebih hemat dan tidak terlalu menguras waktu, tenaga, dan biaya operasional.

“Kalau dijajakan ke pasar sebenarnya masih tetap, tapi tidak setiap hari. Jadi baru-baru ini mencoba peruntungan berjualan di media sosial seperti di WhatsApp (WA) atau Facebook (FB) lumayan bisa hemat ongkos dan tenaga,” tutup pria 46 tahun ini. (*)


Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Serapan Tembakau tak Maksimal, HKTI Probolinggo Temui Bupati Gus Haris

17 Juni 2025 - 22:59 WIB

Perputaran Uang Pemotongan Hewan Kurban di Probolinggo Capai Rp 30 Miliar

14 Juni 2025 - 14:23 WIB

PHRI Lumajang Nilai Kebijakan Mendagri Buka Peluang Besar Pertumbuhan Hotel dan Restoran

8 Juni 2025 - 08:58 WIB

Terjadi Deflasi, Harga Cabai di Jember Turun Drastis

4 Juni 2025 - 01:41 WIB

Gurihnya Keripik Talas Lereng Gunung Semeru Rambah Luar Daerah

29 Mei 2025 - 17:17 WIB

Laris Sebelum Hari H, Sapi Kurban di Pasuruan Hampir Habis

28 Mei 2025 - 17:14 WIB

Disporapar Probolinggo Gelar Pelatihan Digital, Dorong Pegiat Ekonomi Kreatif Kuasai Teknologi

28 Mei 2025 - 16:43 WIB

Jual Sapi Zaman Now: Offline, Online, tetapi Tetap Bikin Dompet Tebal

27 Mei 2025 - 17:16 WIB

Menjelang Idul Adha, Harga Hewan Ternak di Lumajang Merangkak Naik

24 Mei 2025 - 18:34 WIB

Trending di Ekonomi