Balita Idap Penyakit Langka, tak Mampu Berobat

PASURUAN-PANTURA7.com, Pada umumnya, anak yang sudah berumur 2 tahun sudah dapat melakukan beberapa hal seperti berdiri, bermain, juga berbicara dan mendengar sesuai perkembangan usianya.

Namun, hal itu berbeda dengan apa yang dialami oleh Anindya Aulia Sifa (2), putri dari Yaniar Putantri (34) warga Kelurahan Sekargadung, Kecamatan Bugulkidul, Kota Pasuruan.

Sehari-hari, gadis kecil ini hanya bisa terbaring di tempat tidur. Bersama ibunya, ia tinggal di rumah sederhana, dengan makan sehari-hari yang juga amat sederhana.

Saat ditemui PANTURA7.com di rumahnya, Yaniar bercerita panjang lebar mengenai keadaan anak keduanya tersebut. Menurutnya, saat Aulia dilahirkan dan mulai tumbuh berkembang, ia termasuk anak normal seperti anak di usianya.

Meski dengan mata berkaca-kaca Yaniar terus melanjutkan ceritanya, “Dulu sudah bisa berbicara layaknya anak normal. Bahkan ia juga berguling-guling di kasur bersama mainannya,” kenang Yaniar.

Namun saat Aulia menapaki usia 15 – 24 bulan, kondisinya mulai tidak wajar. Bahkan beberapa bagian dalam tubuhnya, mulai tidak berfungsi secara normal.

Pada Desember 2019 lalu, yaitu saat kondisi sang anak mulai memprihatinkan, Yanuar yang saat itu masih bekerja di salah satu perusahaan simpan-pinjam di Kota Pasuruan, memberanikan diri untuk berhenti bekerja dan memilih merawat anaknya.

Lantaran sudak bekerja, akhirnya Yaniar hanya mengandalkan biaya hidup pada suaminya, Teguh Lesdianto (34) yang bekerja sebagai tukang sedot tinja.

Yaniar terus bercerita, bahwa penyakit yang dialami anak keduanya itu hampir sama dengan riwayat penyakit yang dialami anak pertamanya, Raisya Ramadhana Khoirunnisa (5) yang sudah meninggal akibat terdiagnosa kelumpuhan otak (Cerebral Palsy).

“Kakanya dulu mengalami penglihatan yang berangsur-angsur menurun. Kalau Aulia saat diperiksakan terdiagnosa terlambat pertumbuhannya juga bahasa kognitifnya,” Yaniar melanjutkan ceritanya dengan meneteskan air mata.

Baca Juga  Duh! Buruh Tani asal Glagah Pakuniran Diduga Jadi Korban Human Trafficking

Ia, kala itu, disarankan oleh dokter untuk berobat ke Jakarta karena di Pasuruan uji laboratoriumnya sangat terbatas. Dengan pernyataan mengagetkan ditambah kondisi pandemi Covid-19 , sebingga Yaniar terus berusaha mencari solusi agar anaknya bisa sembuh dari penyakit langka yang diderita.

“Pengobatan tersebut harus ke luar negeri dengan biaya Rp.15 juta untuk pengiriman cek genetik. Nantinya dari Kota Pasuruan juga menfasilitasi. Saran dari dokter untuk menenggakan diagnosa,” tutup wanita yang tinggal di rumah sewa ini. (*)


Editor : Efendi Muhamad
Publisher : A. Zainullah FT


Baca Juga

Kritisi Penyaluran Bansos Jelang Pemilu 2024, Mahfud MD: Orang Lewat Dikasih Bansos

Pasuruan,- Calon Wakil Presiden nomor urut 3, Mahfud MD kembali melakukan kampanye di Pasuruan. Kali …