PANTURA7.com | Beritanya Nyata! Beritanya Nyata
Related Articles
PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Kematian Hairul Anam (59) nelayan asal Dusun Kolor RT 2/RW 1, Desa Bucor Kulon, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, masih menyisakan tanda tanya. Meski dikabarkan gantung diri, banyak warga yang masih mempertanyakan.
Salah satunya disampaikan oleh Desi Amaliya (20) warga Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kotaanyar. Pegiat media sosial (netizen) ini menyebut, ada kejanggalan yang terjadi dalam kematian korban.
Menurutnya, cara korban gantung diri tidak wajar. Hal itu terlihat dari beberapa foto korban saat tergantung, yang tersebar di media sosial Facebook (FB). Ia menyoroti penyebab tewasnya korban.
“Gantung dirinya menggunakan sarung, kalau dilihat dari foto yang tersebar, sarungnya juga tidak tepat berada di posisi leher bagian depan. Apalagi sarungnya juga melebar, kalau dilihat itu tidak mencekik leher,” kata dia, Kamis (8/8/2019).
Hal lain yang cukup janggal menurut perempuan yang akrab disapa Amel ini, jarak kaki korban yang tidak jauh dari tanah. “Dengan jarak sekitar sepuluh centimeter dari tanah, kok bisa mati,” tanyanya.
Menanggapi hal ini, Kanitreskrim Polsek Besuk, Bripka Soewondo mengatakan, dari hasil lidik dipastikan peristiwa tersebut murni gantung diri. Hal itu terlihat dari tubuh korban yang tak ditemukan bekas kekerasan atau luka.
“Informasi yang kami dapatkan dari keluarga, korban stres memikirkan biaya pernikahan anaknya. Sehingga dia pergi dari rumah pada Selasa lalu dengan jalan kaki,” Soewondo menjelaskan.
Pihak keluarga, lanjutnya,menolak untuk diotopsi dan menerima kalau kematian korban merupakan musibah. Jika dikemudian hari ada kejanggalan, pihak keluarga juga sepakat untuk tidak menuntut. “Keluarga tidak bersedia jasad korban diotopsi,” paparnya.
Diketahui, Rabu (7/8) pagi, warga Desa Klampokan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, digegerkan oleh penemuan sesosok pria yang tewas tergantung di pohon mangga tengah sawah. Polisi lantas mengevakuasi jasad korban ke kamar jenazah RSUD waluyo Jati Kraksaan. (*)
Penulis : Moh Ahsan Faradies
Editor : Efendi Muhammad
