PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Warga Desa Alasnyiur, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, kini tak perlu bingung dengan melimpahnya sampah botol, sisa kecap ataupun sirup minuman. Sebab sampah-sampan non-organik ini, bisa dipoles menjadi komoditas mahal.
Melalui kelompok wanita Tribina, botol bekas dioles menjadi produk Decoupage. Kerajinan ini merupakan seni mendekorasi objek dengan menempelkan potongan kertas berwarna ke dalam kombinasi, dengan efek cat khusus dan elemen dekoratif lainnya.
Botol-botol bekas, selain milik sendiri dan kerabat kelompok Tribina, juga berasal dari warga Desa Alasnyiur. Beberapa anggota, rajin menjemput botol sampah ke rumah-rumah warga. Warga pun senang bukan kepalang sampah mereka ‘dibersihkan’ secara gratis.
“Gratis botolnya, pernah kita mau bayar warga yang ngasihkan botolnya seharga Rp 350 per botol, tapi malah ditolak. Ambil saja katanya,” terang Ketua Kelompok Tribina, Lana Mutmainnah, Minggu (2/12/2018).

Salah satu pesulap botol bekas saat menunjukkan hasil karyanya. (ist)
Aneka ragam dan bentuk botol bekas itu, lalu dibersihkan. Selanjutnya proses pembuatan ditempuh dengan 5 tahap, yakni dekorasi dasar, pengeringan alias pernis, penempelan kertas warna, pengeringan tahap akhir lalu finishing.
“Proses lebih cepat karena kita tidak bergantung ke sinar matahari untuk pengeringan, cukup dipernis saja. Justru yang kendala itu, ya bahan cat akrinik, karena di daerah sini gak ada, kami beli di online,” beber Mutmainnah.
Usaha yang dirintis sejak awal 2018 ini, berawal dari banyaknya botol bekas tak terpakai di desa seluas 120 hektar ini. “Awalnya pesimis, namun sekarang terbukti decoupage ini menjadi sumber penghasilan ibu-ibu disini,” ucap dia.
Harga produk decoupage, berkisar antara Rp. 25 ribu hingga 125 ribu, bergantung ukuran dan jenis kesulitan. “Kita jual manual, di toko saya dan lewat pameran. Sekarang ini kita rintis dengan sistem penjualan secara online,” tandas Mutmainnah menjabarkan.
Sementara, Kepala Desa Alasnyiur, Hasan Basri menuturkan bahwa Decoupage merupakan wujud ekonomi kerakyatan lokal. Ia berjanji bakal menopang perkembangan kerajinan botok hias itu, baik dari sisi pendampingan ataupun sokongan finansial.
“Pemerintah desa melalui dana desa (DD), akan menopang keberlangsungan kerajinan decoupage, agar menjadi salah satu tulang punggung perekonomian masyarakat, disini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani,” Kata Basri. (*)
Penulis : Mohamad Rochim
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan