Menu

Mode Gelap
Angka Kemiskinan Kota Probolinggo Tahun 2025 Turun Jadi 5,69 Persen, Masuk 6 Besar di Jatim Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur Wanita di Winongan Dihadang Begal, Motor, HP, dan Uang Tunai Amblas Penerbangan Perdana Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan 23 September 2025 Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

Ekonomi · 18 Mar 2023 17:33 WIB

Kendaraan Listrik Menjamur di Lumajang, Bengkel Motor Bisa Gulung Tikar 


					TERANCAM: Pemilik Lembaga Kursus dan Pelatihan Bengkel Sepeda Motor, Wijen Utomo saat nyervis motor pelanggan. (Asmadi) Perbesar

TERANCAM: Pemilik Lembaga Kursus dan Pelatihan Bengkel Sepeda Motor, Wijen Utomo saat nyervis motor pelanggan. (Asmadi)

Lumajang,- Dalam beberapa bulan ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, cukup gencar sosialisasi dan pengadaan kendaraan listrik. Kebijakan ini rupanya menuai pro-kontra.

Selain soal harga yang masih tinggi, kendaraan listrik juga memiliki jumlah komponen lebih sedikit ketimbang mobil atau motor konvensional.

Bengkel yang menjual spare part dan reparasi kendaraan berbahan bakar konvensional, mulai was-was. Sebab masifnya perkembangan kendaraan listrik, mengancam eksistensi bengkel motor, bahkan berpotensi gulung tikar.

Pemilik Lembaga Kursus dan Pelatihan Bengkel Sepeda Motor Anugrah Lumajang, Wijen Utomo, mengatakan motor listrik sejatinya jauh lebih menguntungkan konsumen karena hemat biaya perawatan.

Namun, jelas Wijen, peralihan jenis kendaraan dari ko konvensional ke energi listrik, akan sangat menggerus omzet jasa servis bengkel motor yang selama cukup menjanjikan.

“Kami memprediksi ini akan mempengaruhi omzet pelaku usaha otomotif bengkel. Ongkos servis akan lebih murah dan tidak banyak komponen yang diganti secara berkala. Adapun baterai tapi usianya lama sampai lima tahun baru berganti,” kata Wijen, Sabtu (18/3/2023).

Dampak dari menjamurnya motor listrik di Lumajang, sebutnya, tentu juga akan berdampak pada pekerja mekanik. Namun untuk konsumen umum, akan lebih ekonomis.

“Lebih ekonomis untuk konsumen namun untuk kerja mekanik akan berkurang juga. Jasa servis akan jauh berkurang. Tapi nanti pinter-pinternya kita agar dapat bertahan,” katanya.

Wijen menyampaikan, sebagai pelaku usaha otomotif maka harus siap dengan adanya perubahan pola pikir masyarakat yang lebih memilih kendaraan listrik.

Namun, Wijen terus berupaya untuk belajar kompetensi motor listrik bagi peserta didiknya. Hal itu menurutnya, sebagai adaptasi untuk menghadapi era motor listrik.

“Kami akan pelatihan dulu untuk motor listrik. Perubahan ini kami tengah mempersiapkan agar bisa siap menghadapi era motor listrik,” ujarnya.

Sebenarnya, kata Wijen, untuk mempelajari motor listrik tidaklah rumit. Sebab, cara kerja motor listrik tak jauh beda dari motor konvensional secara kelistrikan.

“Dari segi kelistrikan tidak jauh beda dengan motor konvensional. Dalam motor konvensional, komponen kelistrikannya sudah kami pelajari. Tinggal bagaimana meningkatkan kompetensinya saja,” paparnya.

Pria asal Kecamatan Kunir ini menjelaskan, komponen motor listrik yang paling mahal hanya baterai. Harganya pun 50 persen dari harga jual motor listrik. Kendati demikian, pergantian baterai memiliki rentang waktu cukup lama.

“Dari segi komponen baterai memang harus diganti ketika sudah waktunya, usia pakai bisa mencapai 5 tahun. Komponen batrai harganya 50 persen dari harga motor listriknya,” ungkapnya.

Wijen menyakini invasi motor listrik hanya tinggal menunggu waktu. Ia memprediksi, motor listrik akan semakin banyak begitu sumber minyak dunia makin menipis.

“Seperti halnya dulu motor injeksi awal-awal muncul, banyak yang menyebut mahal lah, biaya perawatan besar dari motor karburator. Ketika pabrik motor sudah tidak memproduksi karburator, maka akan beralih semua ke injeksi. Nah analogi ini bisa saja terjadi di motor listrik. Semua orang akan beralih ke motor listrik jika pabrikan tidak lagi memproduksi motor konvensional,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Mohamad S

Publisher: Zainul Hasan R

Artikel ini telah dibaca 66 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing

18 September 2025 - 17:22 WIB

Cold Storage dan D’Ozone, Senjata Baru Lumajang Jaga Mutu dan Harga

18 September 2025 - 16:33 WIB

Pasokan Berkurang, Harga Daging Ayam Potong di Probolinggo Tembus Rp40 Ribu/Kg

18 September 2025 - 14:58 WIB

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Trending di Ekonomi