Lumajang, – Kearifan lokal dan semangat gotong royong menjadi fondasi utama Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, dalam menjawab tantangan perubahan iklim.
Desa yang terletak di kaki Gunung Semeru ini bukan hanya berhasil memenuhi indikator administratif Program Kampung Iklim (ProKlim), tetapi juga menunjukkan aksi nyata yang menyatu dengan kehidupan warganya.
Tak heran jika Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutnya sebagai desa adaptif yang layak menjadi model nasional.
Penilaian itu disampaikan oleh Cut Salwitry Tray, verifikator dari KLHK, saat melakukan verifikasi lapang ProKlim Kategori Lestari pada 7-8 Juli 2025.
Bersama rekannya, Heny Puspita Rokhwani, tim verifikasi meninjau langsung beragam praktik masyarakat dalam membangun ketahanan iklim berbasis partisipasi aktif dan kearifan lokal.
“Desa Senduro bukan hanya kuat secara administratif. Kami melihat langsung bagaimana nilai-nilai lingkungan hidup sudah menjadi bagian dari budaya warganya,” ujar Cut Salwitry, Selasa (8/7/25).
Selama dua hari kunjungan, tim KLHK menyaksikan praktik-praktik unggulan seperti:
Pengelolaan sampah berbasis rumah tangga dan pemilahan mandiri.
Penggunaan biopori dan sumur resapan untuk konservasi air.
Rehabilitasi lahan kritis dan penghijauan partisipatif.
Pemanfaatan energi alternatif dan teknologi tepat guna ramah lingkungan.
Kebun organik terpadu yang dikelola secara kolektif, termasuk sebagai wahana edukasi bagi generasi muda.
Aksi-aksi ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil proses panjang pemberdayaan dan konsolidasi sosial yang dilakukan warga secara gotong royong.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang, Hertutik menekankan, bahwa keberhasilan Desa Senduro merupakan refleksi dari kekuatan sosial masyarakatnya. Kesadaran lingkungan tumbuh dari bawah, bukan dari intervensi proyek.
“Senduro adalah contoh desa yang tidak menunggu perintah, tapi bergerak sendiri menjaga alamnya. Mereka menunjukkan bahwa kearifan lokal bisa bersanding dengan inovasi untuk menjawab isu global seperti perubahan iklim,” ungkap Hertutik.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Desa Senduro, Farid Rahman H. yang menyebut bahwa pencapaian ini adalah milik seluruh warga Desa Senduro.
“Kami ingin dikenang bukan hanya sebagai desa wisata, tapi sebagai desa tangguh dan berkelanjutan. Semua yang kami lakukan adalah hasil kerja bersama,” pungkasnya. (*)
Editor: Ikhsan Mahmudi
Publisher: Keyra