Menu

Mode Gelap
Angka Kemiskinan Kota Probolinggo Tahun 2025 Turun Jadi 5,69 Persen, Masuk 6 Besar di Jatim Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur Wanita di Winongan Dihadang Begal, Motor, HP, dan Uang Tunai Amblas Penerbangan Perdana Jember–Jakarta Kembali Ditunda, Dijadwalkan 23 September 2025 Beras Lokal dan SPHP Bisa Berdampingan, Bukan Harus Bersaing Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

Pemerintahan · 3 Nov 2024 22:31 WIB

Rapat Pansus PPPK Pencoretan 1.746 Honorer Digelar, Sebut Proses Pendataan Salahi Aturan


					PARIPURNA: Suasana Rapat Pansus PPPK di gedung DPRD Kota Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani)
Perbesar

PARIPURNA: Suasana Rapat Pansus PPPK di gedung DPRD Kota Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani)

Probolinggo,– Pansus PPPK yang dibentuk oleh DPRD Kota Probolinggo untuk mengetahui dicoretnya 1.746 tenaga honorer (PTT) oleh Pemkot Probolinggo terus bergulir. Ditengah rapat pansus pada Sabtu malam (3/11/24) sejumlah PTT yang tidak diundang menggelar aksi di halaman kantor DPRD setempat.

Dalam rapat paripurna pansus lanjutan yang itu, dewan kembali mengundang Sekertaris Daerah (Sekda) Kota Probolinggo, Ninik Ira Wibawati, Eks Kepala Badan Kepegawaian (BKPSDM) Wahono, Kepala BKD Kota Probolinggo Facthur Rozi, staf BKPSDM, dan puluhan perwakilan PTT.

Dalam rapat yang dimulai pukul 19.30 WIB, sejumlah PTT yang tak dapat undangan menggelar aksi untuk menyuarakan kekecewaannya di halaman gedung DPRD Kota Probolinggo.

TURUN JALAN: Sejumlah tenaga honorer menggelar aksi protes di halaman DPRD Kota Probolinggo. (foto: Hafiz Rozani).

Dalam aksi turun jalan tersebut, sejumlah PTT juga membawa tulisan “Password akun yang diminta itu dasarnya apa? Dan untuk apa sehingga tidak masuk database”.

Salah satu PTT di Satpol PP Kota Probolinggo, Aris mengaku bahwa pada 2024, BKPSDM meminta tenaga honorer membuat akun. Setelah membuat akun, password akun diminta oleh BKPSDM dan tenaga honorer tidak lagi bisa masuk ke akun yang dibuatnya.

“Bahkan perwakilan PTT yang datang ke BKPSDM untuk menanyakan masalah itu malah disuruh pulang oleh salah satu staf,” katanya.

Untuk itu, tenaga honorer atau non ASN Pemkot Probolinggo menginginkan agar namanya bisa masuk ke database dan mempunyai Nomor Induk Pegawai (NIP), karena banyak Tenaga honorer telah bekerja a 20 tahun.

“Mengacu pada daerah lain banyak tenaga honorer bisa menjadi PPPK kenapa Kota Probolinggo tidak bisa, ada apa ini, harapan kami Pemkot memperhatikan dan 1.746 honorer dapat diangkat menjadi PPPK,” imbuh Aris.

Dalam rapat tersebut, diketahui bahwa BKPSDM tidak melakukan koordinasi dengan pimpinan, baik kepada Wali Kota dan Sekertaris Daerah terkait pencoretan ribuan tenaga honorer.

Akibat pencoretan ini, 1.746 tenaga honorer tidak masuk ke database Badan Kepegawaian Nasional (BKN), sehingga tidak ada lagi kesempatan tenaga honorer untuk dapat di angkat menjadi PPPK.

Sementara, terkait password yang diminta, Tim Verifikator BKPSDM, Ekky menerangkan bahwa password tersebut digunakan untuk mensave, sehingga jika ada yang lupa password, maka masih dapat terselamatkan.

“Jadi tidak ada  tujuan lain, sebanyak banyak tenaga honorer yang sudah sepuh sehingga lupa password,” ujar dia.

Terkait hal ini, Anggota Pansus PPPK, Eko Purwanto mengatakan bahwa sudah semakin jelas, bahwa kesalahan terdapat di BKD tanpa ada koordinasi keatasanya, atau pimpinannya.

“Tadi disampaikan oleh bu Sekda bahwa tidak ada tidak ada surat administrasi benar – benar harus dipenuhi,” katanya.

Eko menjelaskan bahwa terkait masalah data sebenarnya yang dimasukkan awal pada tahun 2022 sebanyak 2.010 tenaga honorer, dengan feedback yang juga 2.010 tenaga honorer.

“Namun disini terdapat kebijakan oleh BKD sendiri dengan memverifikasi sehingga muncul angka 280 yang kemudian masuk kedalam database BKN, dan ini menjadi kesalahan, sehingga, sesuai apa yang disampaikan teman – teman kita akan mengajukan lagi ke BKN yang ada di Jakarta,” imbuhnya.

Sementara, Ketua Pansus PPPK, Sibro Malisi mengungkapkan bahwa hasil awal dari rapat Pansus ini menyimpulkan bahwa proses pendataan PPPK di Kota Probolinggo menyalahi peraturan perundang-undangan.

Mulai dengan surat yang tidak surat yang tidak diawali dari kepala daerah, hingga tidak menerjemahkan secara parsial, dan lain sebagainya, sehingga ini ada dugaan merugikan hak orang lain.

“Maka, dengan ini kita perlu mengkonsultasikan dengan aparat penegak hukum, apakah memenuhi unsur  pidana, kemudian terdapat 1.746 yang tidak lolos yang harus kita perjuangkan, dengan meminta peninjauan kembali oleh pj. Walikota surat keputusan tahun 2022 terkait pencoretan  nama 1.746 honorer,” papar dia. (*)

 


Editor : Mohammad S

Publisher : Keyra


Artikel ini telah dibaca 132 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Lumajang Beradaptasi dengan Efisiensi Anggaran, Fokus pada Pembangunan Infrastruktur

18 September 2025 - 19:00 WIB

Pembangunan Tak Boleh Molor, DPRD Lumajang Kawal Serapan Anggaran Hingga Tuntas

18 September 2025 - 16:56 WIB

Wow! Pimpinan DPRD Kabupaten Pasuruan Bakal Dibuatkan Rumah Dinas Seharga Rp10 Miliar

18 September 2025 - 15:11 WIB

Di Lumajang, Anak-anak Bisa Pilih Menu Makan Bergizi Sendiri

17 September 2025 - 14:56 WIB

Bupati Lumajang: Pers Mitra Strategis untuk Sukseskan Program Makan Bergizi Gratis

17 September 2025 - 14:36 WIB

Ketua Komisi D DPRD Lumajang Turun ke Pasrujambe, Serap Aspirasi Kesehatan Warga

15 September 2025 - 16:17 WIB

Pemkab Lumajang Kucurkan Rp891 Juta dari DBHCHT untuk Bangun 54 Gudang Pengering Tembakau

15 September 2025 - 15:51 WIB

Tanamkan Karakter Anti Korupsi, Pemkab Probolinggo Gelar Anti Corruption Fest 2025

15 September 2025 - 12:47 WIB

Lumajang Kawal Percepatan PPPK ke Jakarta, Ribuan Honorer Dapat Kepastian

14 September 2025 - 12:24 WIB

Trending di Pemerintahan