Menu

Mode Gelap
Ratusan Fotografer Serbu Safari Prigen, Buru Momen Satwa Terbaik Portal Jalan Tambakrejo–Lumbang Ditata Ulang, Mobil Damkar Jadi Tolak Ukur Di Kota Probolinggo, Bayi Perempuan Ditemukan di Teras Rumah, Dilengkapi Surat Wasiat Stok BBM di Jember Kini Normal, Mobilitas Masyarakat Kembali Lancar Pemkot Probolinggo Batalkan Rencana Bangun SMPN di Wilayah Barat, Disdikbud Beberkan Alasan Mengenal Roisatul Muttaqin Alalloh, Dara Cantik asal Jorongan Probolinggo yang Wakili Indonesia di 3 Negara

Kesehatan · 28 Mar 2024 19:26 WIB

Seribuan Kasus DBD di Kab. Probolinggo jadi yang Tertinggi di Jatim


					Foto: Ilustrasi nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Perbesar

Foto: Ilustrasi nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD).

Probolinggo,- Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo terbilang cukup banyak. Sepanjang tahun ini berjalan, sudah ada 993 pasien DBD dan menjadi yang tertinggi se-Jatim. Bahkan, 12 di antaranya meninggal dunia.

 

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo, dr. Nina Kartika mengatakan, dari total kasus tersebut, rata-rata penyebarannya banyak terjadi di daerah pesisir atau dataran rendah.

 

“Karena kalau daerah pesisir itu cenderung suhunya panas, lebih disukai nyamuk. Kalau di pengunungan kan dingin,” kata dr. Nina, Kamis (28/3/2024).

Ia menyebut, karakteristik nyamuk Aedes Aegypti atau nyamuk DBD, memang memiliki karakteristik menyukai daerah dengan suhu panas.

Di daerah tersebut, nyamuk DBD akan lebih mudah untuk berkembang biak.

“Nyamuk ini sukanya di tempat yang teduh dengan daerah yang memiliki suhu panas. Disitu biasanya sarangnya,” ujarnya.

Dokter Nina menyebut, hal itu selaras dengan kondisi di lapangan. Saat ini penderita DBD mayoritas memang berasal dari daerah pesisir atau dataran rendah.

Bahkan, terdapat tiga kecamatan, yang kasus DBD nya terbilang cukup tinggi. Di Kecamatan Paiton sudah terdapat 207 kasus DBD. Jumlah ini menjadi yang tertinggi di Kabupaten Probolinggo.

Peringkat kedua, Kecamatan Besuk yang menyumbang 178 kasus, bahkan tiga di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Kecamatan Kraksaan, terdapat dua pasien DBD meninggal dari 92 pasien.

“Tiga kecamatan ini cukup tinggi kasusnya. Tapi bukan berarti yang di daerah pegunungan tidak ada nyamuk Aedes Aegypti ini, harus tetap waspada juga,” ucapnya.

Ia mengimbau agar masyarakat turut berperan aktif dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Sebab, hal ini masih menjadi cara paling efektif untuk menghindari DBD.

“Paling efektif masih ya PSN. Karena kalau sarangnya yang dibasmi, maka perkembangbiakan nyamuknya kan bisa diantisipasi,” paparnya. (*)

 

 

Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Moch. Rochim

Artikel ini telah dibaca 44 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Capaian Cek Kesehatan Gratis Lumajang Baru 12,7 Persen, Tantangan Edukasi Masih Besar

27 Juli 2025 - 11:24 WIB

Gandeng UJ, Pemkab Lumajang Operasi Gratis Bibir Sumbing

13 Juli 2025 - 16:27 WIB

Canangkan Zero Kusta, Pemkab Probolinggo Gandeng Organisasi Pemerhati Kusta Internasional

9 Juli 2025 - 19:37 WIB

Kasus Kusta Indonesia Masuk 3 Besar Dunia, The Nippon Foundation Turun Tangan

9 Juli 2025 - 19:09 WIB

Dokter Muter: Harapan Baru Warga Terpencil Dusun Bakah Lumajang

3 Juli 2025 - 18:28 WIB

Ancaman di Balik Genangan Air: Leptospirosis Mengintai Warga Lumajang

2 Juli 2025 - 16:04 WIB

Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional

16 Juni 2025 - 10:58 WIB

Covid-19 Kembali Mengintai, Dinkes Jember Minta Warga Tidak Panik

12 Juni 2025 - 18:01 WIB

Tiga Tahun Mangkrak, Klinik NU Jember Akhirnya Resmi Dibuka

5 Juni 2025 - 18:15 WIB

Trending di Kesehatan