PANTURA7.com | Beritanya Nyata! Beritanya Nyata
Related Articles
KRAKSAAN,- Sebanyak 116 sekolah dasar (SD) di Kabupaten Probolinggo yang siswanya minim (tidak sampai 10 siswa per kelas) terancam tidak bisa mencairkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sekolah-sekolah dengan peserta didik minim itu biasanya berlokasi di daerah pinggiran dan kawasan pegunungan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis data, di Kabupaten Probolinggo saat ini terdapat 624 SD. Sebanyak 574 SD di antaranya merupakan sekolah negeri, dan 50 sisanya merupakan sekolah swasta.
Dari jumlah tersebut, masih banyak sekolah yang memiliki sedikit siswa. Bahkan, sekolah yang peserta didiknya tidak sampai 60 orang, masih tersebar di 116 lembaga di Kabupaten Probolinggo.
“Ada 116 SD siswanya tidak sampai 60 orang. Rata ratanya masing-massing kelas tidak sampai 10 orang muridnya,” kata Kabid Pembinaan SD pada Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo Sri Agus Indarwati, Selasa (21/9/2021).
Hal in tentu menurut Sri, akan membuat penggunaan biaya operasional kurang maksimal. Sehingga, pihaknya memutuskan untuk menerapkan sistem multigrade dalam metode pembelajarannya atau lebih mudahnya gabungan antara kelas di sekolah masing-masing.
“Sistem multigrade itu digunakan juga tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan tenaga pendidik. Sehingga, dengan sistem multigrade, guru bisa langsung mengajar 2-3 kelas sekaligus. Guru setiap tahunnya banyak yang pensiun, sekitar 250-300 orang,” katanya.
Selain hal itu, sambung Sri, dengan kondisi siswa yang minim, ke-116 SD tersebut juga terancam tidak bisa mencairkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler. Pasalnya, saat ini regulasinya berubah untuk pencarian dana tersebut.
“Makanya selain multigrade, kami juga melakukan merger (gabung dengan sekolah lain, red), apalagi sekolahnya berdekatan. Karena sekolah yang bisa mencairkan dana BOS hanya untuk lembaga sekolah yang memiliki siswa lebih dari 60 orang,” ungkap Sri. (*)
Editor : Ikhsan Mahmudi
Publisher : Albafillah
