Menu

Mode Gelap
Satpolairud Polres Pasuruan Kota Tempati Gedung Baru di Panggungrejo Fisik Terbatas tak Halangi Para Tunanetra Unjuk Kebolehan di MTQ Jatim XXXI Jember Parkir di Selatan Alun-alun Kota Probolinggo, Motor Matic Raib Residivis Ditangkap Usai Satroni Sekolah dan TPQ Pasca Laka Maut di Jalur Bromo, Usulan Pembangunan Jalur Penyelamat Menguat Kantor KUD di Beji Pasuruan Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Ekonomi · 20 Feb 2021 11:56 WIB

Harga Cabai Tinggi, Petani Terancam Rugi, Lho?


					Harga Cabai Tinggi, Petani Terancam Rugi, Lho? Perbesar

WONOASIH-PANTURA7.com, Sejumlah petani di Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, ramai-ramai panen cabai. Petani panen dini untuk memanfaatkan harga cabai yang tengah meroket.

Salah seorang petani, Mudmiatun mengatakan, saat ini harga jual cabai rawit di pasaran memang tengah mahal, konon mencapai Rp 90 ribu per kilogram (Kg). Sementara ditingkat petani, harganya berkisar Rp 60 ribu/Kg.

“Kami menjualnya ke tengkulak dengan harga 50 ribu/Kg, paling tinggi Rp 60 ribu/Kg,” kata Mudmiatun, Sabtu (20/2/2021) saat ditemui di sawahnya.

Meski harga cabai rawit melambung, namun dikatakan Mudmiatun, kualitas dan kuantitas panen tak sebaik saat musim kemarau. “Karena hujan tiap hari, cabai banyak yang busuk,” ujar dia.

Oleh karenanya, dijelaskan Mudmiatun, ia dan sejumlah petani cabai lainnya memilih panen dini. Langkah itu ditempuh, selain mengejar harga cabai yang sedang tinggi, juga untuk menghindari kerugian akibat banyaknya cabai yang membusuk.

“Saat musim hujan seperti ini, sawah dengan luas setengah hektar hanya bisa panen sebanyak 20 kilogram sekali petik. Padahal jika musim kemarau, dengan luas lahan yang sama bisa menghasilkan satu kwintal,” imbuhnya.

Turunnya jumlah hasil panen, diakui Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo Fitriawati, sebagai penyebab melambungnya harga komoditas cabai di pasaran.

Menurut Fitriawati, hasil panen cabai petani tidak melimpah seperti saat musim kemarau karena banyak cabai rusak dan busuk. Ia juga memastikan, tidak ada unsur penimbunan dalam lonjakan harga cabai.

“Dari pantauan tim, naiknya harga cabai ini lebih dipengaruhi faktor kurangnya pasokan cabai dari petani karena cuaca buruk. Jadi bukan karena adanya penimbunan cabai oleh oknum-oknum tertentu,” bebernya. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Kebanjiran Order, Persewaan Baju Karnaval di Pasuruan Raup Puluhan Juta

24 Agustus 2025 - 17:18 WIB

Dari Dapur Nenek ke Meja Milenial, Makanan Tradisional yang Menyatukan Zaman

24 Agustus 2025 - 15:15 WIB

Target Luas Tanam Tembakau di Kabupaten Probolinggo Belum Tercapai

18 Agustus 2025 - 17:22 WIB

Trending di Ekonomi