Menu

Mode Gelap
Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun Tinjau Pembangunan Jembatan Penghubung Condong – Brabe, Gus Haris Upayakan Akses Permanen Kesetrum Saat Kegiatan Sekolah, Siswa SMPN 3 Kota Pasuruan Tewas Tiga Direktur BUMD Lumajang Mundur, Bupati Siapkan Seleksi Visioner dan Audit PD Semeru Kesiapan Maksimal Lumajang Jaga Kesehatan Masyarakat di Tengah Tren Positif Covid-19 Nasional Sepasang Kekasih Kena Begal di Jalan Barito Kota Probolinggo, Motor Raib

Sosial · 10 Nov 2020 14:37 WIB

Hidup Sebatangkara, Lansia Pantang Meminta


					Hidup Sebatangkara, Lansia Pantang Meminta Perbesar

BANYUANYAR-PANTURA7.com, Getirnya hidup yang dilalui Mail (64), tak membuatnya patah arang. Warga Dusun Calpek, RT 007 RW 001, Desa Gunung Geni, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo ini, tetap tegar menapaki kehidupan rumitnya.

Sami hidup sebatangkara di rumah semi permanen berukuran 4×5 meter persegi. Untuk menyambung hidup, wanita lanjut usia ini mengandalkan hasil penjualan sapu lidi, yang penghasilannya tak menentu.

Tak hanya untuk kebutuhan makan dan minum, Mail juga menanggung biaya tagihan listrik yang dibayar sebesar Rp 5 ribu per bulan. Sebuah lampu neon yang terpasang di ruang depan rumah, cukup untuk menerangi rumah Mail yang sudah menua.

Lika-liku kehidupan Mail yang pilu, terkuak setelah komunitas Gerakan Indah Berbagi (GIB) Kabupaten Probolinggo mendatangi kediamannya, beberapa hari lalu. Komunitas ini datang karena prihatin dengan nasib Mail.

“Di umurnya yang sudah menua, ia harus menjalani kehidupan di rumah sempit tanpa sarana lengkap ditambah lagi harus bayar uang bulanan untuk bayar listrik.” kata anggota GIB, Santo, Selasa (10/11/2020).

Penderitaan Mail tak hanya itu saja, selain menghuni rumah yang sudah tidak layak ditempati, setiap harinya dia juga harus tidur di atas tanah beralas karung bekas. Padahal kondisi tubuh Mbah Mail, tak lagi sebugar dulu.

“Kebetulan dia punya penyakit asma, jadi kalau ngomong tidak begitu lancar. Mbah Mail ini tidak punya keturunan. Bantuan pemerintah, dia hanya dapat beras saja, kalau bantuan lainnya, kami belum dapat info apa-apa,” ungkap Santo.

Sementara itu, Mbah Mail menyampaikan, meski ia hidup serba kekurangan, tapi ia pantang menaruh tangan dibawah alias meminta-minta bantuan. Sebab ia yakin, rejeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

“Untuk biaya makan, saya menunggu pelepah pohon kelapa jatuh, lalu saya ambil dan kumpulkan. Kalau sudah kering, saya buat sapu lidi kemudian dijual ke pasar. Hasilnya untuk beli makan dan kebutuhan sehari-hari lainnya,” tutur Mail dengan nafas tertahan. (*)


Editor : Efend Muhammad

Publisher : A. Zainullah FT


Artikel ini telah dibaca 30 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Mediasi Buntu, Paguyuban Pedagang Oleh-oleh Haji Keukeh Berjualan di Sekitar Masjid Alun-alun

16 Juni 2025 - 16:36 WIB

Pasuruan Siap Terapkan Aturan Rekrutmen Tanpa Batasan Usia Kerja

14 Juni 2025 - 16:22 WIB

Kontroversi Kebijakan Dishub Lumajang: Dari Penertiban ke Kolaborasi dengan Jukir Liar

13 Juni 2025 - 18:26 WIB

Tolak Relokasi ke TWSL, Pedagang Oleh-oleh di Alun-alun Kota Probolinggo Demo

13 Juni 2025 - 18:16 WIB

Eksekusi Bangunan di Lumajang, Termohon Kecewa tanpa Pemberitahuan

12 Juni 2025 - 07:23 WIB

Pupuk Indonesia Hentikan Kerjasama dengan Kios Pupuk Pelanggar Aturan HET di Lumajang

11 Juni 2025 - 07:02 WIB

Polres Probolinggo dan PWI Sepakati Kolaborasi Pencegahan Hoaks

10 Juni 2025 - 21:02 WIB

Momentum Idul Adha, Kejari Kabupaten Probolinggo Tebar 800 Paket Daging Kurban

9 Juni 2025 - 20:00 WIB

Hama Tikus di Lumajang Merajalela, HKTI Sarankan Ditangani Terpadu

9 Juni 2025 - 13:46 WIB

Trending di Sosial