Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Tegaskan Larangan Tahan Ijazah dan Wajib Patuhi UMK Ditengah Efisiensi, Pemkot Probolinggo Digerojok Anggaran Rp40 Miliar untuk Perbaiki Infrastruktur Hari Buruh Internasional, Mahasiswa dan Pekerja Lurug Gedung DPRD Jember Futsal Gagal Melenggang, KONI Kota Probolinggo Sisakan 32 Cabor di Porprov Jatim 2025 Kuota Haji Lumajang 2025 Menurun Peringati Hari Buruh, Pemkab Probolinggo Ajak Serikat Pekerja dan Pengusaha Perkuat Kolaborasi

Ekonomi · 31 Agu 2020 11:55 WIB

Musim Angin Kencang Nelayan Kecil Berhenti Melaut


					Musim Angin Kencang Nelayan Kecil Berhenti Melaut Perbesar

MAYANGAN-PANTURA7.com, Gelombang tinggi dan cuaca buruk tengah melanda perairan Laut Jawa. Sebagian besar nelayan kecil (tradisional) di wilayah Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo memilih tidak melaut.

“Nelayan kecil tak melaut penyebabnya karena cuaca buruk, gelombang tinggi dan angin kencang,” ujar Adi, salah satu nelayan, Senin (31/8/2020).

Kondisi cuaca yang dikenal nelayan dengan istilah ‘musim baratan’ itu bisa membahayakan nelayan yang menggunakan perahu kecil. Pasalnya, perahu mereka tidak mampu melawan ganasnya gelombang di lautan.

Adi mengatakan, saat ini ‘musim baratan’ baru saja dimulai. Biasanya, ‘musim baratan’ akan berlangsung hingga sekitar sebulan ke depan.

Akibat tak bisa melaut, Adi menyatakan, para nelayan mengalami masa paceklik. Mereka tak bisa memperoleh penghasilan karena tak ada hasil tangkapan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, para nelayan mengandalkan uang simpanan mereka. “Kalau yang tidak punya uang, ya terpaksa berutang,” tuturnya.

Berbeda lagi dengan para anak buah kapal (ABK). Mereka biasanya berutang kepada juragan kapal mereka. Sedangkan bagi juragan kapal, mereka biasanya berutang ke koperasi, khusus bagi yang masuk menjadi anggota koperasi.

Nelayan lainnya,Yanto mengakui, ‘musim baratan’ merupakan masa paceklik bagi nelayan kecil seperti dirinya. Pasalnya, gelombang tinggi dan angin kencang bisa membuat perahu kecil menjadi terbalik. “Jadi ya susah buat melaut,” terangnya.

Ia mengatakan, kondisi tersebut membuat nelayan kecil tak bisa memperoleh penghasilan. Dia pun terkadang mencuri-curi waktu untuk tetap berangkat melaut saat melihat kondisi cuaca sedang membaik.

“Tapi melaut juga hanya di pinggiran saja, tidak sampai ke tengah. Jadi kalau tiba-tiba cuaca berubah menjadi buruk, bisa langsung pulang lagi,” urainya.

Sejak musim angin tiba, ketinggian gelombang di laut itupun membuat pesta laut (nyadran) yang dilaksanakan para nelayan menjadi sedikit terhambat. “Tidak semua perahu nelayan berani mengikuti ritual nyadran hingga ke tengah laut,” terangnya.(*)


Editor: Ikhsan Mahmudi

Publisher: Rizal Wahyudi


Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Kisah Yulianto, Petani Lumajang yang Berani Ambil Risiko

25 April 2025 - 13:32 WIB

Pemkot Probolinggo Mulai Persiapkan Koperasi Merah Putih, Optimis Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

22 April 2025 - 17:03 WIB

Program Koperasi Makro Desa Dipenuhi Ketidakpastian, Diskopum Jember Tunggu Arahan

12 April 2025 - 17:57 WIB

Inflasi Jember Meroket, Faktor Tarif Listrik dan Kenaikan Bahan Pokok?

9 April 2025 - 18:07 WIB

Dukung Swasembada Pangan, Bupati Probolinggo Gus Haris Pimpin Panen Raya Padi

7 April 2025 - 18:55 WIB

Pengunjung Pantai Mbah Drajid Membeludak, Omset UMKM Meningkat

7 April 2025 - 18:23 WIB

Lahan Pertanian Padi Meningkat, Kota Probolinggo Hasilkan 8,9 Ton Per Hektar

7 April 2025 - 18:04 WIB

Kebutuhan Melonjak Menjelang Lebaran, Stok LPG di Jember Dipastikan Aman

30 Maret 2025 - 05:45 WIB

Jelang Lebaran Stok BBM dan LPG di Lumajang Dipertanyakan

26 Maret 2025 - 11:20 WIB

Trending di Ekonomi