Ngaji Tani Akbar Lahirkan SANTANU, Ini Rekomendasinya

PAJARAKAN-PANTURA7.com, Ngaji Tani Akbar dan Musyawarah Nasional Santri Tani Nusantara (Munas STN) yang digelar di Pesantren Zainul Hasan Genggong, Pajarakan, Probolinggo, melahirkan wadah baru di sektor pertanian. Selain itu, tiga rekomendasi dihasilkan sebelum ‘ngaji pertanian’ ditutup, Minggu (26/1/2020).

Ketua Panitia Ngaji Tani Akbar dan Munas STN, Durrul Izza Al Fatawi menyebut, wadah baru di sektor pertanian pesantren terbentuk setelah 10 delegasi dari berbagai elemen sepakat mendeklarasikan pembentukan ‘Santri Tani Nusantara’ atau SANTANU.

“Jadi sedikitnya sepuluh perwakilan, diantaranya dari pondok pesantren, akademisi, pemangku kebijakan, petani hingga wartawan sepakat deklarasi membentuk Santri Tani Nusantara, disingkat SANTANU,” terang Izza.

Suasana Ngaji Tani Akbar yang digelar di Gor Damanhuri Romly Pesantren Genggong. (Foto : Moh. Rochim)

Santri Tani Nusantara ini, menurut Izza, bentuknya presidum sehingga dalam munas tersebut tidak disertai pemilihan ketua dan sekretaris. “Nanti ada tim formatur yang akan memilih ketua dan sekretaris,” paparnya.

Meski masih seumur jagung, namun jelas Izza, sudah ada tiga rekomendasi yang telah dihasilkan SANTANU. Rekomendasi pertama soal ngaji tani, berupa edukasi ilmu pertanian. Kedua, pesantren pertanian berupa pemberdayaan pesantren di bidang pertanian.

“Ketiga jamaah produksi, yakni korporasi di bidang pertanian, semisal pendirian bank tani, pengelolaan pusat pembibitan dan sejenisnya. Rekomendasi ini nanti akan kita bawa ke kementerian terkait,” paparnya.

Inisiator Ngaji Tani Akbar dan Munas STN, Gus dr. Moh. Harris Damanhuri Romly menegaskan, Ngaji Tani sejatinya memang digelar untuk membuka wawasan, peluang dan harapan baru bagi kaum tani, praktisi lapangan, dan pondok pesantren sebagai pusat kajian serta tranformasi ilmu pengetahuan sosial keagamaan.

“Sehingga ada peningkatan sumber daya lokal di bidang pertanian, peternakan, perhutanan dan perkebunan. Selain itu, untuk meningkatkan silaturrohim antara petani dan pakar pertanian dengan dunia pesantren,” terang Gus Harris, begitu ia disapa.

Baca Juga  Jelang Pergantian Tahun, ini Amanah Ketum MUI Jatim

Dikatakan Gus Harris, kaum ‘alim’ pertanian dengan pesantren sebagai benteng pertahanan umat dapat berkolabirasi untuk melakukan pemberdayaan pertanian sebagai ibadah sosial. Pesantren, menurutnya, harus bisa bicara tentang kitab tani dan kitab koperasi atau jamaah produksi dari perspektif nilai-nilai agama.

“Pesantren harus didesain untuk kemajuan umat dalam mengisi kekosongan model pendekatan bertani hari ini. Munas ini sebagai forum bahsul masail, urun rembuk bab pertanian terpadu serta melakukan ijtihad, mencari formulasi terbaik model bertani kekinian sebagai manhaj bertaninya kaum santri tani nusantara” ia menjelaskan. (*)


Editor : Efendi Muhammad
Publisher : A. Zainullah FT


Baca Juga

Mimpi itu Kini Nyata! Penjual Sandal Keliling di Pasuruan Akhirnya Berangkat Haji

Pasuruan,- Bagi Yahya (48), warga Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, tahun 2024 ini menjadi …