PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Bagi kalangan pesantren, Hari Santri Nasional (HSN) bukan sekedar momentum tahunan yang dirayakan secara seremonial. Lebih dari itu, HSN kini menjadi wahana peneguhan tradisi-tradisi santri Pondok Pesantren (Ponpes) yang mulai ditinggalkan.
Peneguhan tradisi itu pula yang membuat Ponpes Bani Rancang di Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, menggelar Polok’an, Senin (22/10/2018) malam. Polok’an adalah makan bersama nasi masakan santri beralas daun pisang dengan menu penyetan terong sambal pedas dan lauk tempe tahu serta ikan asin.

Gus Hasan gagas polok’an untuk meneguhkan tradisi dalam moment HSN. (mr)
Pengasuh Ponpes Bani Rancang, Kiai Agus Hasan Muktasim Billah mengatakan, Polok’an sejatinya merupakan tradisi santri sejak zaman kolonial Belanda. Sebelum HSN ditetapkan setiap tanggal 22 Oktober oleh Presiden Joko Widodo, Polok’an dilakukan saat berbuka puasa di Bulan Ramadhan.
“Polok’an ini merupakan tradisi santri terdahulu, begitulah perjuangan mereka untuk bertahan hidup di masa penjajahan. Kita ingin meneguhkan kembali tradisi itu lebih tersistem, ya di HSN ini,” tutur lelaki yang kerap dipanggil Gus Hasan ini.
Dalam Polok’an, lanjut Gus Hasan, ada pesan moral khas pesantren yang ditanamkan kepada santri. Selain nilai-nilai kemandirian dan kegotong-royongan, juga tertanam persamaan status sosial. “Mau anak kiai, anak pejabat, anak petani, ya sama makannya,” tutur dia.

Ratusan santriwati Ponpes Bani Rancang lahap makan nasi polok hasil masakan mereka sendiri. (mr)
Dalam waktu tak sampai 5 menit, nasi polok yang dihamparkan memanjang di gedung sekolah milik pesantren, ludes diserbu sekitar 500 santri. Tak hanya santri putra dan putri, jajaran pengurus ponpes tak kalah sigap menyantap nasi bermenu sederhana itu.
“Alhamdulillah lahap sekali tadi, meskipun menunya seadanya tetapi tak mengurangi kenikmatan selera makan. Senang bisa makan bersama kiai serta teman-teman sepondok, moment yang luar biasa,” papar salah satu santriwati, Ika Lailturrohmah.
Polok’an lebih khidmat setelah sebelumnya didahului dengan upacara penutupan HSN di halaman pesantren. Dalam seremonial itu, selain pengibaran bendera merah putih, para santri juga berikrar sumpah setia bela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (*)
Penulis : Mohamad Rochim
Editor : Efendi Muhammad
Tinggalkan Balasan