Menu

Mode Gelap
BNPB Rilis Data Akhir Korban Ponpes Al-Khoziny: 67 Tewas, 104 Selamat 12 Desa di Kabupaten Probolinggo Masih Belum Miliki Kades Definitif, ini Daftarnya Hendak Nyeberang, Lansia Ditabrak Pemotor hingga Tak Bernyawa Bupati Lumajang: 2026 Tahun Sulit, Dana Infrastruktur Dipangkas Rp260 miliar Setelah 395 Hari, Kepala Rutan Kraksaan Resmi Berganti Festival Kue Bulan di TITD Pay Lien San, Tradisi Tionghoa yang Terus Dilestarikan

Budaya · 7 Okt 2025 17:21 WIB

Festival Kue Bulan di TITD Pay Lien San, Tradisi Tionghoa yang Terus Dilestarikan


					KHIDMAT: Perayaan Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival di TITD Pay Lien San, Dusun Karang Asem, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Jember, Senin (6/10/25) malam. (Foto: M. Abd Rozaq Mubarok). Perbesar

KHIDMAT: Perayaan Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival di TITD Pay Lien San, Dusun Karang Asem, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Jember, Senin (6/10/25) malam. (Foto: M. Abd Rozaq Mubarok).

Jember, – Ratusan warga Tionghoa bersama masyarakat sekitar memadati halaman Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Pay Lien San, Dusun Karang Asem, Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Jember, Senin (6/10/25) malam.

Mereka mengikuti perayaan Festival Kue Bulan atau Mooncake Festival, tradisi tahunan yang menjadi bagian penting dalam budaya Tionghoa.

Ketua TITD Pay Lien San, Hery Nofem Stadiono atau Jap Swie Liong, mengatakan perayaan ini sudah berlangsung sejak tempat ibadah tersebut masih berbentuk rumah sederhana.

“Dari dulu kami merayakan festival ini sebagai wujud pelestarian budaya dan ucapan syukur,” ujarnya.

Festival Kue Bulan memiliki makna spiritual dan sosial. Selain sebagai bentuk syukur, kegiatan ini juga menjadi ajang mempererat kebersamaan umat dan warga sekitar.

Ritual doa bersama digelar dengan khidmat, diikuti penyalaan lilin serta pembagian kue bulan.

Jap Swie Liong menyebut, dalam setiap perayaan, ada umat yang dipercaya memiliki kepekaan batin untuk menjadi perantara menyampaikan pesan dari para dewa.

“Hanya orang dengan kepekaan batin tertentu yang bisa menjadi perantara bagi dewa untuk menyampaikan berkat,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua TITD Pay Lien San, Kanjeng Hendry, menjelaskan bahwa inti dari perayaan ini adalah rasa syukur kepada semesta.

“Tradisi ini bentuk penghormatan pada Dewa Bumi, juga untuk memohon kelancaran rezeki dan kehidupan,” tuturnya.

Ia menambahkan, masyarakat Tionghoa meyakini bahwa pada malam Festival Kue Bulan, delapan dewa turun ke bumi, termasuk Dewi Bulan yang menjadi simbol kesejahteraan dan jodoh.

“Pada malam ini dipercaya ada delapan dewa turun ke bumi, termasuk Dewi Bulan,” ujarnya.

Selain bernuansa religius, festival ini juga menjadi sarana memperkuat nilai toleransi dan persaudaraan di tengah masyarakat yang beragam.

“Harapan kami, masyarakat selalu hidup tenteram, damai, dan apa yang diinginkan di tahun ini dapat tercapai,” pungkas Jap Swie Liong. (*)

 


Editor: Mohammad S

Publisher: Keyra


Artikel ini telah dibaca 8 kali

Baca Lainnya

Ratusan Warga Berebut Gunungan Ketan dan Hasil Bumi di Festival Desa Darungan

28 September 2025 - 11:14 WIB

Ada Festival Ancak Agung di Jember, Diwarnai 500 Gunungan Hasil Bumi

24 September 2025 - 16:37 WIB

Kemeriahan Maulid Nabi di Pasuruan, Warga Berebut Barang dalam Tradisi Arebbuan

5 September 2025 - 10:53 WIB

Padepokan Fashion Carnaval Probolinggo, Kuatkan Identitas Kebudayaan Indonesia

31 Agustus 2025 - 20:40 WIB

Terinspirasi Pejuang Kemerdekaan, Peserta Tajemtra Berusia 70 Tahun ini Tuntaskan Rute 30 KM

24 Agustus 2025 - 08:33 WIB

15 Ribu Peserta Semarakkan Tajemtra 2025, Termasuk WNA China

24 Agustus 2025 - 02:02 WIB

Tajemtra 2025 Siap Digelar, 15.171 Peserta Terdaftar

22 Agustus 2025 - 19:22 WIB

Dorong Wisatawan Kenali Budaya Tengger, Bupati Gus Haris Siapkan Kalender Even di Bromo

9 Agustus 2025 - 20:51 WIB

Hari Raya Karo, 3 Desa Lereng Bromo Probolinggo Gelar Ritual Tari Sodoran

9 Agustus 2025 - 18:19 WIB

Trending di Budaya