Menu

Mode Gelap
Miris! Oknum Satpol PP Kota Probolinggo Diduga Curi Beras di Toko Kelontong Dinkes Jember Siapkan 175 Tim Medis untuk Sukseskan MTQ XXXI Jawa Timur 2025 Untuk Ganti Motor Dinas, Pemkab Lumajang Sediakan Rp35 Juta per Desa Jelang Konfercab NU Kraksaan, Desakan Reformasi Pengurus Terjerat Pusaran Korupsi Bermunculan BKD Lumajang Pasrah ke Pusat, Rekrutmen ASN Masih Menggantung Pecatan PNS di Probolinggo Diringkus Polisi Pasca Gelapkan Uang demi Judi Online

Gaya Hidup · 15 Sep 2018 15:40 WIB

Nelayan Mayangan Gelar Larung Sesaji Bumi


					Nelayan Mayangan Gelar Larung Sesaji Bumi Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Pirukunan Purwo Ayu Mardi Utomo (PAMU), menyelenggarakan larung sesaji bumi di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Indonesia (PPPI), Mayangan, Kota Probolinggo, Sabtu (15/9/2018). Ritual ini untuk memperingati 1 Suro 1952.

Diawali sejumlah reyog Ponorogo, sesaji bumi lebih dulu dikirab di kawasan PPPI. Sesaji terdiri antara lain, kepala sapi, sayur mayur, buah-buahan, tebu, burung merpati, ayam, hingga pakaian anak-anak yang diruwat.

Ketua PAMU Probolinggo, Bambang Supriyono Suronoto (72) kemudian memimpin ritual larung sesaji bumi. Mbah Guco, panggilan akrab Bambang Supriyono Suronoto, kemudian memimpin doa dengan bahasa Arab (secara Islam) diakhiri doa berbahasa Jawa.

Inti doa Mbah Guco, meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Probolinggo selamat termasuk warga nelayan. “Semoga warga Probolinggo, kota dan kabupaten senantiasa selamat, banyak rezekinya,” tandasnya.

Warga Mayangan gelar ritual sebelum melarung sesaji ke tengah laut. (im)

Usai didoakan, sesaji yang diangkut dalam gethek (perahu dari bambu, red) ditarik ke tengah laut dengan kapal. Sesampai di laut lepas, sesaji bumi kemudian dilepas atau yang dikenal dengan sebutan larung.

Sayangnya, even yang diharapkan menjadi destinasi wisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Probolinggo justru masih sepi pengunjung. Hanya terlihat sekitar 100 warga di lokasi, itupun sudah termasuk panitia, jajaran Pemkot dan Muspika Mayangan.

Suasana kian lengang karena Walikota Probolinggo Rukmini dan Sekdakot Bambang Agus Suwignyo tidak datang. Padahal ritual ini merupakan tradisi tahunan yang tahun lalu terpaksa ditiadakan karena minimnya pasokan dana.

“Mohon maaf, Ibu Walikota dan Bapak Sekdakot tidak bisa datang, sehingga saya yang mewakili Pemkot Probolinggo,” demkian penjelasan darii Sukam, Asisten Pemkot Probolinggo. (*)

 

Penulis : Ikhsan Mahmudi
Editor : Efendi Muhammad

Artikel ini telah dibaca 62 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Jelang Konfercab NU Kraksaan, Desakan Reformasi Pengurus Terjerat Pusaran Korupsi Bermunculan

12 September 2025 - 16:58 WIB

Jelang Konfercab, Nun Alex Sodorkan Nama Gus Hafid sebagai Calon Ketua NU Kraksaan

11 September 2025 - 16:02 WIB

Buruh Tambang di Lumajang Dipertimbangkan jadi Penerima Jaminan Sosial dari DBHCHT

11 September 2025 - 11:15 WIB

Sengketa Tanah di Sukoharjo Paksa DPRD Kota Probolinggo Gelar RDP

10 September 2025 - 22:01 WIB

Dishub Jember Jamin Bandara Notohadinegoro Siap Sambut Penerbangan Perdana

10 September 2025 - 20:19 WIB

Penerbangan Perdana Halim–Jember Dibuka 18 September, Tiket Sudah Bisa Dipesan

10 September 2025 - 18:59 WIB

GMNI Jember Lurug Kantor DPRD, Desak Reformasi Polri hingga Transparansi DPR

9 September 2025 - 16:44 WIB

Cegah Sengketa, KAI Daop 9 Jember dan Kejari Kota Probolinggo Sepakati Kerjasama

8 September 2025 - 20:13 WIB

Coretan Provokatif Muncul di Sejumlah Titik Kota Pasuruan, Kritisi Kepolisian

8 September 2025 - 18:40 WIB

Trending di Regional