Menu

Mode Gelap
Aksi Pengeroyokan di Gondangwetan, Korban Luka, Pelaku Terjatuh Kecelakaan Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli Polres Probolinggo Gagalkan Peredaran Sabu dan Ratusan Ribu Pil Okerbaya Kemasan Vitamin Ternak Kemarau Basah di Lumajang Picu Longsor, Banjir, dan Ancaman Lahar Dingin Semeru Gunung Semeru Erupsi 2.449 Kali Sepanjang Januari Hingga September Luka Parah Akibat Ledakan Bondet, Maling Motor di Grati Pasuruan Akhirnya Tewas

Ekonomi · 9 Sep 2018 11:23 WIB

Dollar Naik, Harga Kedelai Merembet Naik


					Dollar Naik, Harga Kedelai Merembet Naik Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Naiknya kurs dollar Amerika Serikat (AS) atas rupiah mulai berdampak pada harga kedelai di Kota Probolinggo. Kenaikan di kisaran Rp 200-500 per kilogramnya membuat sejumlah pedagang dan perajin tahu dan tempe mulai khawatir.

Pantauan PANTURA7.com, Minggu (9/9/2018), harga kedelai impor antara Rp 7.000-8.000 per kilogram tergantung kualitas. Halim, pedagang kedelai impor di Pasar Baru, Kota Probolinggo mengatakan, meski ada sedikit kenaikan, bisa dikatakan harga kedelai asal Amerika Serikat itu masih stabil.

“Misalnya harga kedelai yang biasanya Rp 7.000 naik menjadi Rp 7.500 per kilogram. Menurut saya ini masih wajar-wajar saja,” ujarnya. Halim juga mengakui, omzet penjualannya juga masih stabil, misalnya dalam sehari (Minggu) kedelai impornya terjual 2 ton.

Harga kedelai impor yang menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu terpengaruh oleh kenaikan kurs dolar. (rs)

Pasokan kedelai impor dari Surabaya, kata Halim, juga masih lancar. “Kalau pun ada sedikit kenaikan kalau pasokan lancar, tidak ada masalah,” ujarnya.

Beda dengan Sholihin, perajin tempe di Kelurahan Kademangan, Kota Probolinggo. Ia khawatir harga kedelai terus naik seiring dengan naiknya kurs dollar atas rupiah.

“Harga kedelai bisa dibilang mahal jika sampai menembus Rp 9 ribu per kilogramnya,” ujarnya. Jika harga kedelai sampai di atas Rp 9.000 tentu akan memusingkan para perajin tahu dan tempe karena kesulitan menjual “makanan rakyat” itu. (*)

 

 

Penulis: Rahmad Soleh

Editor: Ikhsan Mahmudi

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Harga Naik, Pembeli Menyusut, Pedagang Pasar Pasirian Keluhkan Sepinya Pembeli

17 September 2025 - 20:39 WIB

Berkah MTQ XXXI Jatim, Ekonomi UMKM di Jember Ikut Tumbuh

17 September 2025 - 19:24 WIB

Kue Pasar Jadi Konsumsi MTQ XXXI Jatim, Pedagang Tradisional Jember Kebanjiran Pesanan

15 September 2025 - 14:57 WIB

Serapan Gula Petani tak Maksimal, Wagub Emil Tinjau PG Gending Probolinggo

9 September 2025 - 23:54 WIB

Harga Tembakau Kasturi Turun, Petani Lumajang Tetap Sumringah

9 September 2025 - 21:05 WIB

Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Rendah, Alokasi Berpotensi Dikurangi

8 September 2025 - 18:54 WIB

Edisi ke-12 Bromo Marathon, Ribuan Pelari Adu Cepat Taklukkan Perbukitan Tengger

7 September 2025 - 16:05 WIB

Petani Tebu Lumajang Akhirnya Sumringah, Tumpukan Gula di Gudang Terjual Rp.79,7 Miliar

5 September 2025 - 19:13 WIB

Impor Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Konsumsi, Gula Petani Lokal Tak Terserap

4 September 2025 - 10:59 WIB

Trending di Ekonomi