Menu

Mode Gelap
Pria asal Tiris Dibacok Di Mayangan Probolinggo, Salah Sasaran? Toyota Avanza Warga Alassumur Kulon Probolinggo Terbakar, Kerugian Ratusan Juta Kakak-beradik Atlet Balap Motor asal Kota Probolinggo Sabet 2 Medali Porprov Jatim 2025 Diduga Ayan Kambuh Saat Berkendara, Pemotor di Pasuruan Tewas Tabrak Rumah Survei The Republic Institute, Tingkat Kepuasan Terhadap Bupati dan Wakil Bupati Jember Capai 82,8 Persen Tersangka Pembunuhan Wanita di Pasuruan Ngaku Kenal Korban Sejak 4 Tahun Lalu

Ekonomi · 9 Sep 2018 11:23 WIB

Dollar Naik, Harga Kedelai Merembet Naik


					Dollar Naik, Harga Kedelai Merembet Naik Perbesar

PROBOLINGGO-PANTURA7.com, Naiknya kurs dollar Amerika Serikat (AS) atas rupiah mulai berdampak pada harga kedelai di Kota Probolinggo. Kenaikan di kisaran Rp 200-500 per kilogramnya membuat sejumlah pedagang dan perajin tahu dan tempe mulai khawatir.

Pantauan PANTURA7.com, Minggu (9/9/2018), harga kedelai impor antara Rp 7.000-8.000 per kilogram tergantung kualitas. Halim, pedagang kedelai impor di Pasar Baru, Kota Probolinggo mengatakan, meski ada sedikit kenaikan, bisa dikatakan harga kedelai asal Amerika Serikat itu masih stabil.

“Misalnya harga kedelai yang biasanya Rp 7.000 naik menjadi Rp 7.500 per kilogram. Menurut saya ini masih wajar-wajar saja,” ujarnya. Halim juga mengakui, omzet penjualannya juga masih stabil, misalnya dalam sehari (Minggu) kedelai impornya terjual 2 ton.

Harga kedelai impor yang menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu terpengaruh oleh kenaikan kurs dolar. (rs)

Pasokan kedelai impor dari Surabaya, kata Halim, juga masih lancar. “Kalau pun ada sedikit kenaikan kalau pasokan lancar, tidak ada masalah,” ujarnya.

Beda dengan Sholihin, perajin tempe di Kelurahan Kademangan, Kota Probolinggo. Ia khawatir harga kedelai terus naik seiring dengan naiknya kurs dollar atas rupiah.

“Harga kedelai bisa dibilang mahal jika sampai menembus Rp 9 ribu per kilogramnya,” ujarnya. Jika harga kedelai sampai di atas Rp 9.000 tentu akan memusingkan para perajin tahu dan tempe karena kesulitan menjual “makanan rakyat” itu. (*)

 

 

Penulis: Rahmad Soleh

Editor: Ikhsan Mahmudi

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Perputaran Uang Pemotongan Hewan Kurban di Probolinggo Capai Rp 30 Miliar

14 Juni 2025 - 14:23 WIB

Dari Hobi ke Bisnis, Kolektor Vespa di Jember Rambah Pasar Internasional

12 Juni 2025 - 19:18 WIB

Tembakau Jember jadi Primadona Pasar Global, Sumbang Devisa Hingga US$ 31,9 Juta

8 Juni 2025 - 16:46 WIB

PHRI Lumajang Nilai Kebijakan Mendagri Buka Peluang Besar Pertumbuhan Hotel dan Restoran

8 Juni 2025 - 08:58 WIB

Terjadi Deflasi, Harga Cabai di Jember Turun Drastis

4 Juni 2025 - 01:41 WIB

Menteri Perdagangan Lepas Ekspor Strategis dari Pasuruan ke China.

3 Juni 2025 - 20:30 WIB

Gurihnya Keripik Talas Lereng Gunung Semeru Rambah Luar Daerah

29 Mei 2025 - 17:17 WIB

Laris Sebelum Hari H, Sapi Kurban di Pasuruan Hampir Habis

28 Mei 2025 - 17:14 WIB

Disporapar Probolinggo Gelar Pelatihan Digital, Dorong Pegiat Ekonomi Kreatif Kuasai Teknologi

28 Mei 2025 - 16:43 WIB

Trending di Ekonomi